JOMBANG, KabarJombang.com – Satlantas Polres Jombang, memang sedang melaksanakan Operasi Zebra Semeru 2023 selama 14 hari, yakni sejak tanggal 4 hingga tanggal 17 September 2023 ini.
Pelaksanaan operasi Zebra ini, difokuskan pada lokasi-lokasi rawan kecelakaan (black spot), rawan kemacetan (troubel spot) dan rawan pelanggaran dengan didukung kegiatan preemtif.
Namun sayang, Operasi Zebra Semeru 2023 tersebut, diduga dimanfaatkan beberapa oknum Satlantas Polres Jombang untuk menambah pundi-pundi pendapatan dengan melakukan razia ‘abal-abal’.
Ya, disebut razia ‘abal-abal’ lantaran razia tersebut dilakukan dengan menarget pelanggar lalulintas kemudian dimintai ‘uang damai’.
Bahkan, hal tersebut juga sudah viral di media sosial Facebook. Beberapa pelanggar maupun keluarganya mengatakan dalam sebuah grup Facebook, telah ditilang anggota Satlantas di Pos Jombang Kota.
Mereka kemudian dimintai ‘uang damai’ untuk bisa membawa kendaraannya kembali. Jumlahnya pun bermacam-macam, ada yang dimintai Rp 300 ribu, hingga Rp 500 Ribu.
Peristiwa itu pun sejatinya sudah mengundang keluhan dari warga Jombang lainnya. Para warga mengeluhkan tindakan oknum polisi tersebut di salah satu akun Facebook LOKER JOMBANG UPDATE
Seperti kata salah satu akun bernama Ekka Suliastiningsih yang menuturkan kejadian serupa.
“2 minggu yang lalu adik saya dan temannya ketilang polisi pas hari Minggu. Dan mereka hanya punya uang 60 ribu untuk dikasih pak pol nya entah itu polisi beneran apa gadungan saya gak tau ya. Ibu saya ngabari, saya kaget dong polisi minta 500 ribu untuk biar bisa lolos,” kata Ekka dalam unggahannya.
“Akhirnya adik saya jual HP ke konter teedekat yang di cegat tadi. Eh sempat kali bapaknya pol bilang jannan bilang kalau kena tilang ya. YA ALLAH..segitunya ya cari uang. Biarpun kami kluarga gak ada ko bisa ya yang harusnya melindungi kenapa seperti memeras. Sekali lagi entah polisi apa bukan yang jelas berseragam. Yang bikin nyesek aku sampai rela jual hp buat membayar dan sekarang adik gak punya hp smoga Allah mengangkat derajat kepasa bapak yanh disebut pak polisi tadi biar tidak semena mena ngasih denda sgitu banyknya adik saya jelas takut karena lupa bwa STNK pas liburan gak bakal mengerti hari Minggu pas APES. Nyesekk nya sekaranh soalnya ibu baru cerita,” tambahnya.
Sementara itu, Wiwik Syam Prijanto juga mengucapkan hal yang sama. Menanggapi postingan tersebut.
“Kok sama kejadian nya sama kakak ipar ku. Ini kejdian di jomplangan kereta api dari arah dekat laps mau ke arah kaliwungu. Singkat cerita kakak ipar dari selatan mau ke utara nah di jomplangan kereta api kan ada Iampu merah beliau berhenti setelah Iampu hijau nyala beliau jalan smpai mendekati pos polisi yang ada disitu beliau di suruh berhenti, padahal sepda motor yang di naiki itu sepda motor legenda thn 98. Eee sigkat cerita beliau ditilang gara-gara tidak nyalakan lampu dan biaya tilanag nya tidak tanggung-tanggung 500 ribu woowww amazing. Saya dengar cerita nya sedangkan kakak ipar ini kerja nya hanya tukng bangunan. Itu kejadian pun waktu pagi beliau mau beragkat nukang. Bayangkan dengan bawa alat-alat pertukangan beliau ditilang dengan alasan tidak nyalakn lampu kota. Dsn ending nya nego-nego akhir nya kena 400 ribu. Nah saat itu kakak gak punya uang akhir nya dia nelpon mandor bangunan untuk nebus sepda motor trsebut. Weeleh dunia ini semakin kejam yang miskin malah tertindas tak diberi sela untuk menghirup udara kemiskinan,” ungkapnya.
Juga ada akun bernama, Lolla Dong yang curhat mengenaikn hal serupa. “Lusa juga saya ketilang di ringin contong. Minta skitar entah 300 ribu atau lebih trus tiba-tiba polisi nya bilang semampunya berapa gitu tappi alhamdulillah STNK gak di sita plus bisa lolos tapi gk dikasih surat tilang,” jelasnya.
Seperti informasi sebelumnya, menurut penuturan masyarakat yang melanggar tersebut, ia ditilang polisi karena plat motornya sudah mati dan pelanggar tidak membawa STNK. “Iya ditilang tadi, itu platnya mati,” ucapnya kepada KabarJombang.com di lokasi.
Akhirnya ia pun ditilang dan diberikan surat tilang oleh polisi dan motornya di tahan. Namun, pelanggar tersebut mengatakan bahwa ia diminta uang Rp 500 ribu untuk bisa membawa kembali motornya.