KABARJOMBANG.COM – Jeritan petani terhadap langkanya pupuk bersubsidi jenis Urea, terdengar di wilayah Desa Sumberjo Kecamatan/Kabupaten Jombang. Hal ini seperti diungkapkan Prastiono (48) petani di desa tersebut.
Menurutnya, pada musim tanam kali ini dirinya kesulitan dengan langkanya pupuk bersubsidi jenis urea. Selain pupuk jenis urea, dirinya juga mengeluhkan hilangnya pupuk jenis TSP 36 dari peredaran. “Sudah satu bulan pupuk-pupuk yang bersubsidi sulit didapat oleh petani di desa ini,” katanya, Kamis (9/2/2017).
Akibatnya, para petani harus memutar otak untuk menyiasati pengganti pupuk yang biasa digunakan petani setempat karena harganya yang lebih murah dan terjangkau. Pasalnya, pupuk penganti dengan jenis pupuk Phonska, yang berharga sekitar Rp 120 ribu jauh diatas harga pupuk urea yang hanya berkisar Rp 98 ribu per sak.
“jika menggunakan pupuk Phonska harga lebih mahal dari pada pupuk urea. Bisa mencapai tiga kali lipat,” ungkapnya.
Hal senada juga diungkapkan Basori (40) petani asal Dusun Banjarkerep Desa Banjardowo Jombang. Dalam penuturannya, memasuki musim panen bulan ini petani memang disulitkan dengan keberadaan pupuk urea yang menjadi idola petani karena harganya yang murah.
“Saat memasuki musim panen pupuk tersebut memang susah di cari. Tidak tahu kok bisa seperti itu,”ujarnya.
Dampaknya, petani harus mengundur masa pemupukan padi yang sudah memasuki masa untuk diberikan asupan gizi melalui pupuk tersebut. Hal ini dikawatirkan akan memberikan dampak kepada kwalitas padi yang akan dipanen beberapa bulan kedepan.
“Jika kondisinya seperti ini, petani bisa rugi akibat kwalitas tanaman padi yang kurang maksimal,” terang pria satu anak ini.
Meski begitu, pihaknya meminta agar pemerintah segera tanggap terhadap situasi yang dialami petani yang ada di Kota Santri. “Ya secepatnya kita bisa dipermudah dan tidak kesulitan lagi dengan langkanya pupuk untuk tanaman petani padi,” pungkasnya. (aan)