JOMBANG, KabarJombang.com – Tanggul sungai brantas di Desa Jatipandak, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang kritis hingga muncul lubang air di pemukiman warga.
Saat ini kondisi tanggul mulai kritis dan belum ada perbaikan dari pihak yang berwenang seperti Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas.
“Disini juga ada lubang sumber dan itu tiba-tiba aja ada baru-baru ini, soalnya dulu ndak ada, saya sampek merinding ini. Dulu cuma ada dua di depan sini (sambil nunjuk lubang sumber di bawah pondasi depan rumahnya) sama di belakang rumah saya, terus nambah didepan situ. Nah itu yang menjadi penyebab terjadinya banjir,” kata salah satu warga Jatipandak Yanto saat berbincang dengan KabarJombang.com, Jumat (19/2/2021).
Ia juga mengatakan jika sungai brantas mulai tinggi, lubang sumber yang ada dibelakang rumahnya akan mengeluarkan air yang deras. Dan saat air itu muncul para warga mulai berbondong-bondong menyelamatkan diri beserta dokumen ataupun barang berharganya.
“Kalau banjir dan sungai brantas itu tinggi air dibelakang rumah saya sampek sedada. Kalau didepan sekitar 40 sentimeter. Jadi kita juga masih was-was sampai sekarang, ndak bisa tidur dan bayangkan yang tidak-tidak, intinya kita selamatkan barang-barang berharga,” ungkapnya.
Pantauan di lokasi tanggul sungai Brantas yang ada di desa Jatipandak terlihat sudah semakin kritis dan terkikis oleh gerusan air. Bahkan plengsengan yang sempat dibangun tidak lagi nampak.
“Dulu itu, tanggul masih luas, sederet sama tanaman jati itu (sambil nunjuk tanggul yang masih ada tanaman hatinya dengan yang sudah terkikis),” kata Duwan, warga lainnya saat menunjukkan kondisi tanggul sungai Brantas.
Diungkapkanya semenjak adanya proyek dam Brantas itu kondisi plengsengan semakin mengkhawatirkan.
“Ya semenjak ada pembangunan dam baru itu jadi kayak gini, ombaknya naik sampek tangkis (plengsengan) sampek terkikis,” tuturnya menambahkan.
Sementara Kepala Desa Jatiduwur Subardi mengatakan, jika plengsengan sungai Brantas sempat diperbaiki tapi kemudian rusak tergerus air.
“Ya, memang sekitar tahun 2018 kemarin sempat diperbaiki tapi rusak lagi. Itu saja belum satu tahun sudah hilang soalnya kalau dipasang kedalam itu gak bisa kalau manusia, jadi butuh mesin itu memasukkan kedalam. Jadi cuma asal nempel kemarin itu. Dan memang betul kata warga jika dam baru itu yang menjadi salah satu penyebab tanggul kritis dan banjir,” ungkap dia saat ditemui KabarJomban.com, Jumat (19/2/2021).
Pihak desa sudah pernah mengajukan perbaikan ke pemerintah setempat satu tahun lalu, namun hingga kini tidak pernah ada laporan maupun realisasi.
“Jadi, satu tahun lalu kami itu sudah mengajukan perbaikan pembangunan yang rusak di brantas itu ke pemerintah, ya meski ndak dibetulin setidaknya sebagai langkah penanggulangan supaya tidak terlalu parah. Kenyataannya cuma janji muluk-muluk saja ndak ada perbaikan sampai hari ini. Yang datang kesini waktu itu mulai dari Pemkab, BBWS hingga pusat Jakarta cuma datang di foto, datang di foto, tapi kenyataannya nol. Tidak ada tindakan perbaikan,” tegas Subardi.
“Apa tanggul itu bisa dipulih dengan di foto, apa tanggul itu kayak bintang film. Nah itu masalahnya, saya juga sudah lelah, apa yang sempat kita ajukan tidak ada tindak lanjutnya,” gerutunya.