JOMBANG, KabarJombang.com – Namanya sekilas terdengar seperti aplikasi pencari informasi di internet, Mozilla. Tapi jangan salah, Mozilla Aurelia Pradisha Putri Setyanto bukanlah perangkat lunak, melainkan seorang siswi SMP berusia 15 tahun yang berhasil menorehkan prestasi gemilang sebagai Juara 1 lomba menulis surat untuk Bupati dan Wakil Bupati Jombang kategori pelajar dalam ajang Hari Pers Nasional (HPN) 2025.
Dikenal dengan nama panggilan Disha, siswi kelas VIII SMP Negeri 1 Ngoro ini menjadi peserta termuda yang masuk dalam 10 besar dalam ajang lomba yang diselenggarakan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Jombang. Ia bersaing dengan peserta lain yang sebagian besar sudah duduk di bangku SMA.
Yang lebih mengejutkan lagi, keikutsertaan Disha dilakukan secara diam-diam. Ayahnya, Dani Setyanto, baru mengetahui bahwa putri sulungnya mengikuti lomba justru saat waktu pendaftaran hampir berakhir.
“Saya benar-benar tidak menyangka. Disha diam-diam menulis dan menyerahkan suratnya saat injury time. Yang lebih mengejutkan, dia malah jadi juara,” ujar Dani dengan bangga.
Di balik nama ‘Mozilla’ yang unik itu ternyata tersimpan makna dan filosofi mendalam. Dani, ayah Disha, merupakan seorang profesional di bidang teknologi informasi (IT). Ia memberi nama anak-anaknya terinspirasi dari dunia teknologi pencarian informasi.
“Saya sengaja ambil dari nama browser Mozilla Firefox. Filosofinya, seperti browser sebagai jembatan atau pintu gerbang untuk menjelajahi informasi tanpa batas. Saya berharap anak saya bisa menjadi penjelajah dunia, kritis, dan bisa menjawab berbagai pertanyaan,” jelasnya saat diwawancarai usai mengantar anaknya di acara Resepsi Puncak Peringatan HPN 2025 di Pendopo Jombang pada Selasa (27/5/2025).
Tak hanya Mozilla, dua anak Dani lainnya juga memiliki nama khas dunia digital, yakni masing-masing anak kedua Alexa (terinspirasi dari AI milik Amazon sebelum google voice) dan anak terakhir Archie (diambil dari nama search engine pertama sebelum Google). Semuanya memiliki filosofi yang sama, pencarian informasi, kecerdasan, dan keingintahuan.
Kemenangan Disha tak datang begitu saja. Meski menjadi peserta termuda yang masuk 10 besar, ia menunjukkan kedewasaan dalam berpikir dan menulis. “Saya sangat bersyukur, bahwa dengan saya terpilih, surat saya dapat didengar, bahkan dibaca langsung oleh Bapak Bupati dan Wakil Bupati,” ujar Disha penuh haru.
Selain itu dirinya memiliki harapan besar bahwa Pemerintah memberikan respon terhadap isi surat tersebut. Disha mengangkat isu kesenjangan fasilitas dan kualitas pembelajaran antara sekolah di pusat kota dan pinggiran. Ia juga menyoroti perlunya metode pengajaran yang lebih kreatif serta pemanfaatan teknologi yang lebih maksimal.
“Saya ingin menyampaikan keresahan saya tentang kesenjangan pendidikan dan berharap semua anak di Jombang bisa merasakan kualitas pendidikan yang setara,” ujar Disha saat diwawancarai.
Melalui surat drinya berharap semoga Pemerintah Kabupaten bisa mengadakan kunjungan rutin ke sekolah-sekolah dan memberi pelatihan baik dari segi teknologi maupun metode pembelajaran kepada guru, supaya kualitas pendidikan semakin baik,” harap Disha dalam suratnya.
Menariknya, Disha menulis surat tersebut dalam waktu hanya dua hari. Meski masuk 10 besar, ia tidak melakukan persiapan khusus. “Saya hanya menyampaikan isi hati saya sebagaimana tertuang dalam surat,” tambahnya.
Ketertarikan Disha pada dunia literasi sudah tumbuh sejak lama. Ia kerap menulis cerita pendek dan fiksi di buku dan laptop milik ayahnya. Selain itu dirinya juga beberapa kali memperoleh penghargaan dari lomba bahasa inggris tingkat kabupaten. Saat mendapat informasi lomba tersebut dari guru lesnya, ia tanpa ragu memutuskan untuk ikut serta.
Disha memberikan pesan inspiratif kepada generasi seusianya agar tidak ragu mencoba hal baru. “Jangan takut mencoba hal baru agar bisa berkembang. Perdalamilah apa yang kamu minati,” tuturnya.