JOMBANG, KabarJombang.com- Di era modern saat ini, tidak banyak masyarakat Jombang ketahui asal muasal cerita seorang tokoh ataupun pejuang daerahnya. Padahal, diantaranya juga masih menjadi salah satu jujukan ziarah saat berada di Kota Santri.
Salah satunya yakni makam Mbah Pagon atau yang bernama asli Syeh Hambali yang dipercaya sebagai pembabat Jombang.
Hal ini diterangkan oleh juru kunci makam Mbah Pagon, M. Syamsul Faridi. Berdasarkan cerita pendahulunya yang juga penjaga makam, bahwa Mbah Pagon merupakan seseorang yang memiliki ilmu lebih (sakti) namun sederhana.
“Mbah Pagon itu orang yang babat Jombang dulu, dan orang sakti. Tetapi Mbah Pagon ndak mau dibilang kalau beliau sakti dan orang pandai. Cuma menimba ilmu gitu aja,” ujar Syamsul kepada KabarJombang.com, Jumat (5/1/2021).
Kapan Mbah Pagon datang dan babat Jombang, belum diketahui secara pasti. Yang jelas Mbah Pagon merupakan salah satu murid dari Pangeran Diponegoro yang berasal dari Jawa Tengah. Kemudian ke Jombang bertujuan untuk mencari ketenangan.
Dahulunya Mbah Pagon telah banyak mengajarkan ilmu agama dan kanuragan di Padepokannya bersama sahabatnya (Mbah Hadi dan Mbah Mulyo) hingga tutup usia di Jombang. Sekarang makamnya saling bersebelahan.
“Untuk menetap dimana-mananya belum tahu soalnya. Mbah Pagon itu dulu suka berkeliling, sehingga tidak menetap. Tetapi waktu meninggalnya ya di sini di daerah Jombang dan tahunnya saya juga belum tahu. Waktu zaman Jepang dulu Mbah Pagon sudah meninggal soalnya. Dan sekarang makamnya diapit oleh dua sahabatnya ini,” katanya.
Dikatakan lebih lanjut, bahwa Makam Mbah Pagon ini tidak banyak diketahui masyarakat Jombang. Sebab banyak dari luar kota yang justru berziarah ke makam Mbah Pagon.
“Kalau masyarakat Jombang yang tahu ya orang-orang tua. Justru yang lebih tahu itu yang dari luar kota. Seperti Jember, Tegal, Kalimantan, Jawa Barat, Jogja dan lain sebagainya untuk ziarah ke makam Mbah Pagon,” ungkapnya.
Dalam gaya berpenampilan, Mbah Pagon sendiri selama hidupnya dulu selalu berpakaian layaknya Pangeran Diponegoro. Dengan berjubah putih, bersorban melingkar di kepala, dan kulitnya putih.
Untuk pelestarian makam Mbah Pagon, dari dulu hingga sekarang berbentuk bangunan yang permanen. Karena sudah direnovasi tiga kali ini Syamsul hanya bermodalkan sendiri dan uluran tangan dermawan para peziarah. Demikian ini karena tidak adanya perhatian dari pihak Pemkab Jombang.
“Kalau dulu ada bantuan dari Diknas cuma bunyi saja, kayak saya disuruh ngecat ya saya cat terus suruh tanda tangan, difoto, sudah gitu tok, setiap tahunnya. Setelah itu, saya rawat sendiri saja. Jadi bantuan dari Pemkab Jombang sampai sekarang ya ndak ada, cuma mereka yang berziarah ke sini biasanya sedekah,” pungkasnya.
Lokasi makam Mbah Pagon ini cukup strategis, karena letaknya berada di tengah-tengah kota, sekitar 200 meter sebelah utaranya Kebon Rojo Jombang.