JOMBANG, KabarJombang.com – Warga yang tinggal di sekitar Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso, Peterongan, Jombang, mengungkapkan keluhan mereka terkait proyek rehabilitasi jembatan yang menghubungkan dua kecamatan. Proyek yang tengah berlangsung ini, dinilai lamban dalam pengerjaannya, sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari masyarakat.
Menurut pengamatan warga, proses rehabilitasi jembatan yang menghubungkan Rejoso dan Tambar berlangsung lebih lambat dari yang diharapkan. Sejumlah penduduk setempat mengeluhkan bahwa akses utama mereka terhambat, membuat perjalanan sehari-hari menjadi lebih sulit.
Ali (39), salah seorang warga dari Dusun Belut, Desa Ngumpul, menilai bahwa meskipun proyek ini memiliki tujuan yang baik, kecepatan pengerjaannya sangat mengganggu.
“Pekerjaan ini sangat lambat dan dikerjakan oleh tenaga yang terbatas. Padahal, jembatan ini merupakan akses vital yang menghubungkan Rejoso Peterongan dan Rejoso Jogoroto,” jelas Ali.
Sementara itu, dampak dari pengerjaan jembatan yang terhambat ini juga dirasakan dalam lalu lintas sehari-hari. Warga terpaksa mencari jalur alternatif karena jembatan yang belum kunjung selesai.
“Lalu lintas di sini sangat padat. Banyak anak yang berangkat sekolah dan orang yang bekerja menggunakan jembatan ini. Ketika jembatan tidak selesai, banyak yang harus mencari jalan memutar,” tambah Ali.
Warga lainnya, Widodo (30), juga mengungkapkan kekhawatirannya. Ia mengaku terpaksa mencari rute yang lebih jauh untuk sampai ke tempat kerjanya di Jombang Kota.
“Biasanya, saya melewati jembatan ini agar cepat tiba di kota, namun sekarang harus memutar yang mengakibatkan waktu tempuh jadi lebih lama,” ungkapnya.
Widodo mempertanyakan metode rehabilitasi yang dilakukan. “Mengapa jembatan ini dibongkar sepenuhnya? Di papan proyek tertulis rehabilitasi, tetapi kenyataannya jembatan ini tampak seperti dibangun ulang,” katanya dengan nada heran.
Keberadaan jembatan ini sangat krusial, terutama bagi anak-anak sekolah yang harus mencari jalur alternatif. “Banyak siswa di sini, dan jika pengerjaan jembatan berlangsung lama, mereka akan terus mencari jalan lain yang pasti memakan waktu lebih lama untuk sampai ke sekolah,” tambah Widodo.
Sayangnya, hingga saat ini belum ada informasi resmi mengenai durasi penyelesaian proyek tersebut. Papan proyek tidak mencantumkan estimasi waktu penyelesaian, menambah rasa ketidakpastian di kalangan warga.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, proyek rehabilitasi jembatan ini menggunakan anggaran APBD Kabupaten Jombang tahun 2024 dengan nilai yang mencapai Rp 1.082.151.200. Proyek ini dilaksanakan oleh CV SARI BUMI PERKASA sebagai penyedia jasa dan CV MAHESA CONSULTANT sebagai konsultan.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Jombang, Bayu Pancoroadi, membenarkan bahwa proyek rehabilitasi jembatan ini masih berlangsung. Ia menjelaskan bahwa hingga saat ini, pengerjaan proyek tidak mengalami kendala.
“Proyek ini masih berjalan baik dan tidak ada keterlambatan. Kami menargetkan selesai pada akhir bulan ini, sesuai dengan waktu pelaksanaan selama 120 hari,” jelasnya.
Bayu mengakui bahwa keluhan dari warga sangat valid, mengingat jembatan ini adalah pusat arus lalu lintas masyarakat. Namun, ia juga menekankan bahwa setiap proyek pembangunan memerlukan kesabaran dan pengorbanan dari masyarakat.
“Pembangunan infrastruktur adalah untuk kepentingan jangka panjang, dan kami berharap masyarakat dapat bersabar selama proses ini berlangsung,” ujarnya.
Bayu menjelaskan bahwa pihaknya tidak membangun jembatan alternatif untuk menghindari pemborosan anggaran. “Kami fokus pada efisiensi anggaran, terutama karena tahun ini ada pengeluaran tambahan untuk persiapan Pilkada,” pungkasnya.