PETERONGAN, KabarJombang.com– Keberadaan kopi remang di bawah flyover Desa/Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang sudah menjadi rahasia umum bagi para kaum adam khususnya di Kota Santri ini. Sedangkan pengunjung merasakan sensasi ngopi berbeda dengan tempat lain, karena ketika mereka datang untuk menikmati segelas kopi akan disambut dengan kehadiran para wanita yang menjadi pramusaji dengan dandanan menor.
Wanita pramusaji kopi remang, sebut saja Indah ini mengatakan, kopi remang hanya ada ketika hari sudah malam. “Jam buka mulai pukul 19.00 hingga 03.00 dini hari,” ujarnya, Minggu (25/9/2022) dini hari.
Ketika pengunjung datang, para wanita pramusaji tersebut akan langsung menawarinya dengan berbagai jenis minuman, mulai dari kopi, es, dengan harga bervariasi, mulai dari Rp 5 ribu hingga Rp 10 ribu saja. Kemudian pengunjung akan diarahkan ke bawah jembatan dan dipersilahkan duduk di atas karpet yang telah disediakan.
Setelah itu, wanita pramusaji akan membuatkan minuman dan mengantarkannya ketempat pengunjung. Selanjutnya wanita pramusaji akan duduk bersama dalam waktu 10 hingga 15 menit dan melakukan obrolan-obrolan yang lebih mengarah terhadap tindakan prostitusi.
Tawaran yang dibandrol oleh para wanita penyaji kopi remang untuk dapat kencan dengan dirinya tak terlalu mahal. “Harga yang dibandrol beda-beda, tergantung pada wanitanya, tapi harga yang dipatok tidak terlalu tinggi karena rata-rata orang pinggiran,” bebernya.
Mirisnya, wanita yang menjadi pramusaji di kopi remang ini kebanyakan masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Menurut Indah, para wanita pramusaji kebanyakan masih pelajar ini memiliki daya tarik tersendiri bagi para kaum adam yang mampir menikmati suasana kopi remang.
“Selain sopir-sopir, pengunjung kopi remang di sini juga banyak yang dari kalangan kaum pemuda, seperti geng motor dan gerombolan pemuda-pemuda lainnya, jadi lebih cocok jika pramusajinya adalah wanita yang masih umur pelajar,” jelasnya.
Sementara itu, jika hanya mengandalkan dari melayani pembeli kopi saja, setiap kerja hanya mengantongi Rp 50 ribu yang diberi pemilik warung. “Biasanya Rp 50 ribu, kalau kopi ramai pengunjung seperti malam Minggu biasanya dapat lebih dari Rp 50 ribu, ada uang tips dari pengunjung juga yang cukup lumayan buat tambahan,” jelasnya.
Kopi Remang Jarang Dirazia
Selain tempatnya yang lumayan gelap di bawah flyover Peterongan Jombang, karena hanya mengandalkan penerenangan jalan umum (PJU), lokasi kopi remang juga terbilang cukup aman dari jaringan razia. Tak heran jika pengunjung datang dengan aman-aman saja tanpa harus merasa was-was dengan adanya razia.
“Jarang ada razia, kalaupun ada pasti pengunjung akan balik lagi, seperti razia hanya sekedar formalitas saja,” terang Indah.
Dengan begitu, hiburan kopi remang di bawah flyover Peterongan Jombang akan selalu hidup meski mengarah pada hal yang bersifat sensualitas.