KABARJOMBANG.COM – Puluhan warga Dusun Grobogan Desa Karangpakis Kecamatan Kabuh Kabupaten Jombang, melakukan aksi penutupan akses jalan menuju lokasi galian C di desa setempat, Rabu (11/1/2017) sekitar pukul 10.00 WIB.
Hal itu dilakukan, lantaran warga merasa tiga pengelola galian belum memberikan kompensasi kepada warga sesuai dengan kesepakatan yang dilakukan kedua belah pihak.
Pengamatan di lokasi, sekitar 20 warga, datang dengan membawa beberapa batang bambu dan sejumlah perlengkapan seperti rombong bekas untuk menutup jalan. Terlihat juga di lokasi, beberapa alat berat dan truk sedang beroperasi. Sempat terjadi cekcok mulut antara warga dengan operator alat berat yang menolak penutupan akses jalan.
“Kami melakukan aksi untuk menagih kompensasi dari tiga pengelola atau penambang,” kata Didik Sudarsono (43), koordnator aksi.
Didik menuturkan, kesepakatan antara warga dengan tiga penambang dilakukan di Balai desa setempat, pada 27 November 2016 lalu. Kesepakatan tersebut meliputi kewajiban ketiga penambang memberikan kompensasi kepada pihak desa. Masing-masing penambang membayar sebesar Rp 40 juta per tahun.
Dari pertemuan yang disaksikan Kapolsek dan Danramil Kabuh, para pengelola tambang, menyanggupi memberikan kompensasi paling lambat 10 Januari 2017. “Sedangkan untuk warga terdampak maupun lingkungan, memperoleh Rp 350 ribu per bulan dimana Rp 150 ribu untuk perbaikan jalan dan Rp 200 ribu untuk warga. Total penerima sebanyak 35 kepala keluarga (KK). Untuk dana konstribusi akan digunakan membangun Kantor Balai Dusun Grobogan,” paparnya.
Didik menjelaskan, kerusakan lingkungan yang dirasakan warga akibat dari aktivitas galian yakni adanya banjir yang melanda warga. Sebelumnya debit air yang awalnya kecil, karena ada aktivitas pengerukan, sekarang debit air menjadi tinggi sehingga menyebabkan banjir. “Aksi ini (penutupan akses jalan) akan kami lakukan hingga hak desa dan warga dipenuhi oleh ketiga penambang,” tandasnya.
Sementara itu, Jabir (56) penjaga galian, mengaku tidak tahu terkait permasalahan yang dialami warga dan penambang. “Saya belum tahu itu (persoalan warga dengan penambang). Saya hanya kuli saja. Hanya saja dari penutupan ini saya tidak bisa cari makan,” ujarnya.
Namun demikian, dia berharap agar ada solusi antara warga dan penambang. Sebab, jika terjadi penutupan akses jalan, otomastis aktivitas terhenti. “Yang rugi bukan hanya bos saya saja. Para pekerja seperti saya maupun sopir tidak bisa cari makan. Kita hanya bisa menunggu keputusan. Semoga ada solusi,” pungkasnya. (aan)