JOGOROTO, KabarJombang.com-Jatah subsidi pupuk mulai dipangkas di tahun 2020. Dampaknya pun mulai dirasakan petani di daerah, termasuk di Kabupaten Jombang.
M Nasir, petani padi asal Dusun Belut, Desa Ngumpul, Kecamatan Jogoroto, mulai gelisah. “Mulai susah cari pupuk mas, persediaan di toko juga tidak lengkap,” ucapnya kepada KabarJombang.com, Senin (27/1/2020).
Ia mengatakan, ketersediaan pupuk seminggu belakangan mulai berkurang. Sehingga ia khawatir akan menghambat petani saat menggarap sawah.
“Di toko kemarin cuma ada pupuk organik, Urea, dan NPK. Pupuk ZA kosong, jadi harus beli di luar yang tidak disubsidi. Harganya dua kali lipat lebih mahal,” ujarnya.
Untuk mengantisipasi kurangnya pupuk, Nasir harus menyediakan stok pupuk nonsubsidi. Namun dengan harga yang lebih mahal.
“Harus siap pupuk mas, kalau beli yang subsidi per sak pupuk itu berkisar Rp 90 ribu. Kalau nonsubsidi bisa sampai Rp 250 ribu lebih,” ungkapnya.
Selain itu, dirinya pun harus mempersiapkan bahan pupuk organik. Seperti pupuk kandang jika tidak ingin membeli pupuk nonsubsidi.
Dilansir dari Merdeka.com, Pemerintah Pusat, pada 2020 mengalokasikan pupuk bersubsidi 7,15 juta ton dan alokasi cadangan sebesar 794 ribu ton.
Angka ini turun jika dibandingkan total kebutuhan 2019 yang saat itu mencapai 8,8 juta ton. Pengurangan subsidi pupuk tahun ini juga turun 10,6 persen .