JOMBANG, (kabarjombang.com) – Jelang panen raya padi, ternyata harga gabah di tingkat petani di Kabupaten Jombang hanya dihargai Rp 3.000 hingga Rp 2.500 per kilogram. Meski tergolong harga sangat murah, namun para petani terpaksa menjual hasil produksi padi mereka dengan alasan untuk keperluan menyambung hidup.
Padahal, jika dihitung secara pasti dengan harga tersebut, mereka mengalami kerugian yang sangat banyak. Sebab, harga tersebut tidak bisa mengembalikan modal tanam dan juga biaya perawatan padi yang mereka tanam.
“Saat ini padi di tingkat petani hanya dihargai Rp 3.500 sampai Rp 2.500 saja. Itupun dilihat dari kualitas padi yang kita tanam, bagus atau tidak,” ujar Suparli (50) salah satu petani di Desa Mojowarno, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang, Jumat (18/3/2016).
Menurutnya, hal tersebut membuat petani harus merasakan kerugian sangat besar. Selain harus mencari modal tanam awal, mereka juga harus menerima kerugian saat panen padi tiba. Padahal jika dilihat dari Harga Pokok Penjualan (HPP) dari Pemerintah, padi dari tingkat petani mencapai Rp 3.700. Namun realisasinya tak sesuai dengan yang ada di lapangan.
Keluhan yang sama juga diungkapkan Sulaiman, salah satu petani di Desa Banjardowo, Kecamatan Jombang. Menurutnya, anjloknya harga padi di tingkat petani diakibatkan musim panen yang melimpah dan juga permainan harga di tingkat tengkulak.
“Saya tidak tahu pasti apa penyebab harga padi di tingkat petani bisa anjlok. Kemungkinan besar ini karena panen yang bersamaan dan juga permainan harga di tingkat tengkulak yang sering saling berkoordinsi sesama tengkulak untuk bisa mendapatkan harga murah saat membeli kepada para petani,” bebernya.
Parahnya lagi, kerugian itu sudah bisa diprediksi sebelum musim panen tiba, karena jika dihitung dari biaya tanam dan juga perawatan serta biaya sewa sawah, sudah tidak sesuai dengan hasil panen.
“Jika dihitung, biaya tanam dan juga perawatan padi sekarang mencapai Rp 1 juta hingga Rp 1,5 juta. Ditambah lagi biaya sewa sawah yang mencapai Rp 4 juta per banon seratusnya (1000 meter persegi,red) dalam setahun. Jika ditotal, itu sudah mencapai Rp 3,5 juta per satu kali panen. Padahal, saat ini harga padi di tingkat petani per 1000 meternya hanya dihargai Rp 2,5 juta. Kalau padinya berkualitas bagus hanya sampai Rp 3 juta, itupun tergantug letak sawahnya strategis atau tidak dalam saat proses pemanenan,” bebernya.
Meski begitu, Sulaiman mengaku tak bisa berbuat banyak terkait anjloknya harga padi yang ada di Jombang. dirinya hanya berharap agar pemerintah memperhatikan hal tersebut, sebab rata-rata warga Kabupaten Jombang banyak yang berprofesi sebagai petani.
“Kita berharap pemerintah bisa menstabilkan harga padi di tingkat petani. Sebab, jika terus seperti ini, akan banyak petani yang tak mampu lagi menanam padi, sebab biaya tanam dengan hasil panennya tidak seimbang,” pintanya sembari memanen padinya. (ari)