MOJOWARNO, KabarJombang.com – Hujan lebat masih sering turun di beberapa wilayah, tak terkecuali di Kabupaten Jombang. Hal tersebut, menurut BMKG, karena akibat dari kemarau basah atau peralihan dari musim hujan ke musim kemarau.
Akibat hujan tersebut, juga berdampak terhadap pelaku UMKM yang ada di Jombang. Salah satunya para pengerajin genting di Kecamatan Mojowarno.
Rozikin (39) pemilik UD Sumber Rejeki sekaligus pengerajin genting di Desa Gedangan Kecamatan Mojowarno Jombang, sangat merasakan dampak cuaca hujan yang terus-menerus turun di wilayah Jombang. Efek cuaca hujan memberikan dampak pengering, terutama pembakaran genting menjadi terhambat.
“Tentunya sangat berdampak sekali dengan cuaca hujan. Mulai dari penjemuran genting sangat tidak maksimal karena kurangnya sinar matahari, sehingga genting lama keringnya,” jelas Rozikin.
Tidak hanya berdampak pada pengeringan genting., curah hujan yang masih sering melanda di Jombang, khususnya di Kecamatan Mojowarno juga berdampak pada bahan pembakaran genting. Kayu yang dijadikan bahan pembakaran dalam kondisi basah, sehingga pembakaran genting akan terhambat.
“Bukan hanya ketika pengeringan atau penjemuran genting saja, melainkan kayu ketika kondisi basah seperti saat ini akan menghambat pembakaran genting. Jadi kondisi kayu harus benar-benar kering agar pembakaran maksimal,” imbuhnya.
Penjemuran genting ketika musim hujan terbilang sangat lama, ketimbang penjemuran genting ketika musim kemarau. Penjemuran ketika musim hujan lebih dari 1 minggu.
“Penjemuran ketika musim penghujan bisa sampai 2 Minggu hingga 3 Minggu. Sedangkan ketika musim kemarau paling lama penjemuran hanya 1 Minggu dan paling cepat hanya 3 hari, bahkan hanya butuh 4 jam sampai 5 jam saja,”papar Rozikin.
Jumlah penjemuran genting milik Rozikin mengalami penurunan ketika musim hujan turun hingga akhir-akhir ini, berbanding terbalik ketika penjemuran musim kemarau, sekali penjemuran di musim tersebut minimal 500 sampai 700 genting.
“Jumlah penjemuran tergantung dengan kondisi cuaca. Ketika cuaca seperti ini hanya menjemur 300 biji genting selama 2 hari sampai 3 hari bahkan bisa berminggu-minggu tidak bisa langsung kering. Sedangkan, ketika musim kemarau penjemuran genting bisa 700 biji,”ucapnya.
Penjemuran genting tergantung dengan luas lahan yang ada. Penjemuran bisa sampai 1.000 biji genting sekali penjemuran. Rozikin menjelaskan apabila genting yang tidak benar-benar kering ketika penjemuran, maka akan berimbas ketika genting dibakar.
“Genting yang benar-benar tidak kering ketika dijemur, kemudian genting dimasukkan ke tungku pembakaran maka genting akan pecah atau retak. Jadi proses pengeringan atau penjemuran sangat-sangat menentukan kualitas genting,” jelasnya.
Rozikin sendiri, memproduksi jenis-jenis genting antara lain genting mantili mini, genting mantili tanggung, dan genting mantili jumbo. Ketiga jenis genting tersebut, terdapat salah satu genting yang cukup lama ketika melalui proses pengeringan.
“Jenis genting yang lama ketika dikeringkan adalah jenis genting mantili jumbo, sebab ukurannya lebih tebal dan lebih besar ketimbang jenis genting lainnya, sehingga perlu penjemuran cukup lama,” Paparnya.
Pengiriman genting milikinya tidak hanya menyebar di wilayah Kabupaten Jombang, melainkan sudah menyebar ke beberapa wilayah seperti Jawa Tengah, Surabaya, Kediri, dan Blitar. Satu kali pengiriman bisa sampai 4.500 biji.
“Harga per biji genting mini Rp1.400, genting tanggung Rp1.600, dan genting jumbo Rp1.900,” Ungkapnya.
Sementara itu, Rozikin juga berharap kepada Pemerintah yang bergerak dibidang UMKM agar bisa membantu para pengerajin genting. Hal itu diutarakannya karena saat ini banyak masyarakat yang lebih berminat menggunakan galvalum dan asbes, ketimbang menggunakan genting. Sehingga, banyak pengerajin genting yang penghasilannya mulai menurun.
“Saya berharap ketika nanti ada proyek pembangunan dari Pemerintah. Mereka bisa membeli genting atau bata dari produk lokal seperti pengerajin genting di Kecamatan Mojowarno. Contoh seperti proyek pembangunan yang akan digarap, Pemerintah harus mewajibkan menggunakan genting dan bata lokal dari pegiat UMKM agar UMKM genting ini masih bisa berjalan,” Pungkasnya.