MOJOAGUNG, Kabarjombang.com – Beredar kabar adanya dugaan praktik pungutan liar (Pungli), mengiringi pemindahan lokasi pedagang Pasar Mojoagung, Kabupaten Jombang, dari semula menempati belakang menuju depan pasar Induk. Pemindahan itu, lantaran pandemi Covid-19.
Modusnya, para pedagang diiming-imingi bisa menempati lokasi berjualan strategis asalkan mampu membayar sejumlah uang ke oknum pegawai Dinas Pasar. Tarifnya beragam, mulai dari Rp 300 ribu hingga mencapai Rp 1 Juta.
Salah satu pedagang setempat berinisial TR mengatakan, hampir semua pedagang Pasar Mojoagung yang lokasinya dipindah ke depan dimintai sejumlah uang. Ia menyebut, permintaan sejumlah uang tersebut dilakukan oleh Mantri Pasar. Alasannya, yang bersangkutan akan dicarikan tempat berjualan yang strategis dan berpontensi ramai pengunjung.
“Satu lapak dibandrol bervariasi, antara Rp 300 ribu hingga Rp 1 juta,” katanya pada KabarJombang.com, Kamis (27/8/2020).
TR mengungkap, cara penarikannya diterapkan per kelompok. Satu kelompok ada sekitar 10 orang. Harga yang dibandol untuk mendapatkan lapak pun tidak sama.
Dia sendiri mengaku, juga dimintai sejumlah uang. Namun, dia menolak lantaran menurutnya harganya terlalu tinggi. “Saya nggak mau, karena terlalu mahal bagi saya. Biarlah, dapat tempat belakang pun nggak masalah. Toh rezeki sudah ada yang mengatur,” ungkapnya pasrah. Sayangnya, dia menolak menyebut besaran uang yang dibandrol oleh oknum tersebut.
Sama halnya yang dialami YD, juga pedagang Pasar Mojoagung. Dia mengaku mengeluarkan biaya Rp 1 juta untuk dua lapak, atau masing-masing lapak membayar Rp 500 ribuan. Dia mengatakan, tergiur oleh iming-iming tersebut. Karena diakuinya, dirinya ingin mendapatkan lapak strategis dan berpotensi ramai pembeli.
Hanya saja, oleh oknum tersebut, uangnya dikembalikan setelah persoalan dugaan pungli tersebut ramai diperbicang. “Tiba-tiba uang saya dikembalikan. Mungkin karena ramai jadi pembicaraan,” ujar YD.
Terpisah, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Diperindag) Kabupaten Jombang, Bambang Nurwidjanto mengatakan, pemindahan pedagang dari lokasi belakang ke depan Pasar Mojoagung, guna menghindari penularan Covid-19. “Pemindahan itu sudah melalui musyawarah dengan pedagang,” jawabnya saat dikonfirmasi.
Terkait adanya pungutan liar yang dilakukan oknum tersebut, pihaknya membantah. “Soal pindah lalu mereka dipungut atau diminta membayar, itu tidak ada. Itu tidak benar,” jawabnya.
Ditanya apakah ada penambahan pedagang. Bambang Nurwidjanto menyatakan tidak ada pedagang baru. “Tidak ada. Itu semua pedagang lama,” terangnya.
Hingga kemudian, karena sejumlah pertimbangan, para pedagang dikembalikan lagi berjualan di belakang pasar induk dengan sejumlah persyaratan. Di antaranya menerapkan protokol kesehatan, menjaga kebersihan dagangannya, serta mematuhi jam operasional.