Dilema Limbah Tahu di Jombang, Antara Pencemaran dan Kebutuhan Perut

Dilema Limbah Tahu di Jombang, Antara Pencemaran dan Kebutuhan
Sejumlah pekerja saat membuat tahu di salah satu pabrik tahu di Jogoroto Jombang.(Fa'iz)
  • Whatsapp

JOGOROTO, KabarJombang.com – Pencemaran air sungai yang disebabkan pembuangan limbah tahu di Kabupaten Jombang menjadi dilema. Disatu sisi, usaha tahu merupakan mata pencaharian mayoritas warga Dusun Dusun Bapang, Desa Sumbermulyo, Kecamatan Jogoroto.

Sementara disisi lain, limbah tahu yang dibuang ke sungai setempat menyembabkan pencemaran. Bukan acuh tak acuh, para pengusaha tahu juga sudah berupaya membangun IPAL sebagai pembuangan limbah. Namun apadaya, overkapasitas menjadi alasan para pengusaha kecil dan menengah ini membuang limbahnya ke sungai.

Baca Juga

Pembungan limbah pabrik tahu ke sungai ini bahkan sudah terjadi sejak puluhan tahun silam. Tak heran jika dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir ini, dampaknya mulai dirasakan. Utamanya warga yang tinggal aliran sungai yang menjadi tempat pembuangan limbah pabrik tahu.

“Sekitar 1990 an, dulu memang masyarakat di sini mayoritas begini pekerja atau pengusaha tahu. Kalau sekarang sudah banyak, diperkirakan sekitar ada kalau gak salah kurang lebih 70 industri tahu di Dusun Bapang ini,” kata Ali Badrun Kepala Dusun Bapang, Desa Sumbermulyo, kepada KabarJombang.com, Rabu (18/8/2021).

Pembuangan limbah pabrik tahu ke aliran sungai ini, kata Badrun, masih terjadi lantaran dua IPAL yang tersedia dari pemerintah tidak berjalan dan tak mampu lagi menampung limbah. Hal itu seakan menjadi pembenaran pembuangan limbah pabrik tahu ke sungai.

“Tapi pas saya masih kecil itu mengalir tidak sampai begitu, kurang tahu juga apa kemungkinan sudah banyak yang beroperasi atau bagaimana. Sehingga limbah tahu itu lambat mengalirnya di sungai,” tuturnya dengan jelasnya.

Disinggung soal fungsi IPAl saat ini, dirinya menyampaikan bahwa menduga IPAL yang tersedia tak difungsikan kembali. Hal itu terjadi diduga dalam IPAl itu ada yang menutup dengan disisi pecahan genteng.

“Pernah diadakan penelitian, tidak tau juga apa pernah dikasih genteng gitu IPAl-nya. Jadi masih kemungkinan tidak berfungsi, selain itu juga memang banyak industri tahu disini,” katanya memungkasi.

Ditempat berbeda, Sugeng salah satu pekerja di pabrik setempat menyampaikan bahwa sudah sejak awal pabrik didirikan, limbah tahu sudah dibuang langsung ke sungai. Menurutnya hal ini disebabkan karena kapasitas IPAL yang tidak memadai dengan jumlah usaha tahu di lokasi tersebut.

“Sejak tahun 2012 sudah, ya karena IPAL nya gak akan muat. Setiap harinya itu kami memproduksi, kalau untuk berapa liter limbah yang dibuang itu kurang lebih sekitar 3 ribu liter,” katanya saat ditemui.

Sementara itu, untuk mengatasi kelurahan warga yang berdampak tercemari dari pembuangan limbah tahu, para pemilik usaha tahu ini meminta agar IPAL diperbanyak. Selain itu dirinya berharap agar aliran sungai bagaimana bisa lancar saat IPAl sudah tak muat.

“Ya disediakan lebih banyak lagi IPAL-nya, kalau memang mau di proses dalam pengelolaannya. Kalau tidak begitu ya karena produksinya tiap hari otomatis langsung dibuang ke sungai, jadi harapannya solusi agar aliran sungai itu cepat mengalirnya,” tandas Sugeng.

Iklan Bank Jombang 2024

Berita Terkait