JOMBANG, KabarJombang.com – Masih tahukah Anda dengan sosok perempuan yang pemberani, tegas, lantang menyuarakan para pekerja buruh? Adalah Marsinah, aktivis perempuan dan buruh yang meninggal dianiaya.
Gambaran sosok Marsinah kini terus didorong oleh pekerja buruh di Jombang, meminta jadikan renungan sebagai Pahlawan Nasional. Hal itu disampaikan langsung oleh Ketua Aliansi Front Perjuangan Rakyat Bersatu (FPRB) Jombang, Lutfhi Mulyono.
“Benar, akan tetap kami dorong (Pemerintah Kabupaten Jombang mengenang Marsinah). Karena juga dari awal sudah kami anggap bahwa di era baru, Marsinah adalah sosok pahlawan buruh,” ujarnya saat kepada awak media, Rabu (10/11/2021).
Bersamaan dengan Hari Pahlawan Nasional, para pekerja buruh menurutnya akan memperingati dengan mengadakan sejumlah kegiatan yang bermanfaat.
“Kami abadikan dengan kegiatan-kegiatan, dan ekspresi-ekspresi lain. Karena perlu kami peringati,” jelasnya saat ditemui.
Sosok Marsinah Dimata Buruh Jombang
Tak hanya meminta untuk dikenang di Hari Pahlawan Nasional saja, Lutfhi meminta para buruh bisa menjadikan Marsinah sebagai contoh pahlawan sebenarnya bagi pekerja buruh.
“Dia hanya sosok perempuan, tapi pemberani dan penuh tanggung jawab. Maka dari itu, hal itu perlu diedukasi kepada para pekerja buruh di Kabupaten Jombang,” tuturnya.
Selain dikenal sebagai pemberani, Ketua Sarbumusi Buruh Jombang itu juga menggambarkan sosok Marsinah sosok yang tangguh dalam menghadapi konsekuensi. Sebagai contoh menurutnya, Marsinah tetap tegar meski konsekuensinya kehilangan nyawa maupun penjara.
“Kalau jadi sosok Marsinah kan justru bahaya di mata pengusaha besar dan pihak kepolisian. Kalau gak dianiaya bisa jadi di penjara, itulah Indonesia,” katanya.
Sementara itu pihaknya berupaya agar para buruh di Jombang bisa bersatu, untuk menyuarakan kekurangan ataupun kesalahan. Selain itu, kata Lutfhi menuturkan jangan sampai para buruh di Jombang memiliki kehidupan yang selalu bergantung.
“Intinya jangan sampai seunik para buruh yang manut-manut saja. Seperti kalau bersyukur kebablasan dan ikhlasnya pun kebablasan, ya cerminan Marsina masih minoritas di Jombang. Maka dari itu marilah suarakan bersama, jika itu benar dan dibutuhkan,” imbuhnya memungkasi.
Sosok Marsinah
Marsinah (10 April 1969 – 8 Mei 1993) adalah seorang aktivis dan buruh pabrik pada masa Orde Baru, bekerja pada PT. Catur Putra Surya (CPS) Porong, Sidoarjo, Jawa Timur yang diculik dan kemudian ditemukan terbunuh pada 8 Mei 1993, setelah menghilang selama tiga hari.
Mayatnya ditemukan di hutan yang berada di dusun Jegong, desa Wilangan dengan tanda-tanda bekas penyiksaan berat. Alamat lengkapnya Marsinah sendiri asal Nglundo, Nganjuk, Jawa timur.
Dua orang yang terlibat dalam otopsi pertama dan kedua jenazah Marsinah, Haryono (pegawai kamar jenazah RSUD Nganjuk) dan Prof. Dr. Haroen Atmodirono (Kepala Bagian Forensik RSUD Dr. Soetomo Surabaya), menyimpulkan, Marsinah tewas akibat penganiayaan berat.
Marsinah memperoleh Penghargaan Yap Thiam Hien pada tahun yang sama. Kasus ini menjadi catatan Organisasi Buruh Internasional (ILO), dikenal sebagai kasus 1773.