JOMBANG, KabarJombang.com – Sebagai seorang jurnalis, dunia tulis menulis sudah makanan sehari-hari. Tapi dalam acara pelatihan media kreatif yang diadakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Darul Ulum (Undar) Jombang pada Rabu (13/122023) berbeda.
Rohmadi, jurnalis dari salah satu media nasional berkesempatan berbagi ilmu serta pengalamannya di depan puluhan peserta yang kebanyakan mahasiswa. Ia menyampaikan materi terkait pentingnya mengasah kemampuan untuk menulis dan kekuatan dari sebuah tulisan.
“Kalau pingin dikenal dunia menulislah, kalau pingin mengenal dunia maka membacalah. Banyak tokoh yang besar karena sering menulis, Mahbub Djunaidi, KH. Wahab Hasbullah, dan tokoh-tokoh literasi lainnya bisa berpengaruh karena sering menulis,” tegasnya.
Ia mengatakan, para mahasiswa merupakan agen perubahan dan akademisi. Ketika masih mahasiswa tetapi tidak terbiasa dengan budaya literasi, maka ketika nanti nulis skripsi pasti mengalami kebingungan.
“Kunci sukses dari seorang penulis adalah membiasakan dengan budaya literasi. Budaya literasi itu adalah kebiasaan membaca, berdiskusi, dan menulis. Tanpa disadari ketika kita tidak membiasakan dengan budaya literasi, maka akan sangat susah menjadi seorang penulis,”ungkapnya.
Penulis tidak selalu identik dengan seorang wartawan,artinya ketika teman-teman suka menulis bisa menjadi sastrawan, akademisi, jurnalis atau wartawan.
“Menulis merupakan perintah agama, ada dalil yang mengatakan sunnah, dan ada ayat di Al-Quran yang memerintahkan untuk menulis. Nabi muhammad pun juga menyebarkan agama islam melalui tulisan,” terang jurnalis lulusan S2 Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (Unipdu) tersebut.
“Artinya sudah tidak ada keraguan lagi ketika kita sebagai manusia untuk menulis. Kita menulis berarti menjalankan sunnah dan perintah dari agama,” lanjutnya.
Di era yang serba digital dan bayaknya kemudahan seperti sekarang, kita dituntut untuk serba cepat, baik dalam menulis maupun menyampaikan informasi.
“Kita sepakat dari agama manapun menulis diakui adalah hal yang baik. Tetapi perlu diingat menulis bisa menjadi dua mata pisau yang berbeda. Bisa menjadi pahala apabila tulisan kita membawa manfaat dan bisa menjadi dosa apabila tulisan kita mengajak dalam hal keburukan,” Jelas Rohmadi.
Lebih lanjut ia mengatakan, ketika penulis kebanyakan lahir bukan dari kalangan orang-orang baik, para santri ataupun akademisi maka dunia online akan dibanjiri dengan tulisan-tulisan yang mengajak untuk hal-hal keburukan.
Rohmadi mengajak kepada para peserta untuk melakukan jihad jempol. Bagaimana menggerakkan jempol kita semua untuk menulis hal-hal yang baik.
“Saya membayangkan bagaimana dunia literasi ini diisi oleh kalangan santri, bagaimana tulisan-tulisan kita bisa menginspirasi orang. Ketika tulisan kita menarik dan bisa membuat orang termotivasi. Saya meyakini dari tulisan tersebut akan mendapatkan amal jariyah,” tuturnya.
“Sebaliknya ketika apa yang kita tulis adalah hal keburukan dan memotivasi orang untuk melakukan hal buruk, maka kita akan mendapatkan dosa jariyah,” pungkasnya. (Kevin Nizar)