Banjir di Jombok Kesamben Sudah 3 Hari, Warga Mengaku Belum Ada Bantuan dari Pemerintah

Foto : Kondisi banjir pada Senin (9/12/2024) pagi di Dusun Beluk, Desa Jombok, Kesamben, Jombang. (Istimewa)
  • Whatsapp

KESAMBEN, KabarJombang.com – Banjir yang melanda Dusun Beluk, Desa Jombok, Kesamben, Jombang, pada Senin (9/12/2024) kembali menjadi permasalahan tahunan yang tak kunjung menemukan solusi pasti.

Dusun yang terletak di ujung timur Kabupaten Jombang ini seringkali menjadi langganan banjir, terutama akibat penumpukan eceng gondok, kangkung, dan sampah yang menyumbat aliran air, termasuk di depan pintu dam sipon.

Baca Juga

Aan, salah seorang warga setempat yang terkena dampak banjir, mengungkapkan keluhannya terkait banjir yang hampir selalu terjadi tiap tahun di desa tersebut. Menurutnya penyebab dari banjir ini yakni selain cuaca yang memburuk adalah sungai yang dipenuhi dengan eceng gondok, kangkung, dan sampah sehingga mengakibatkan penumpukan dan menganggu aliran sungai.

“Dari awal, kurang ada antisipasi yang memadai dari pihak pemerintah desa, kecamatan, maupun kabupaten terkait penumpukan eceng gondok dan sampah, khususnya di depan pintu dam sipon. Ini yang memperparah banjir setiap tahunnya,” ujar Aan.

Menurutnya, banjir kali ini mencapai ketinggian 50 cm hingga 1 meter di jalan raya, sementara di dalam rumah, ketinggian air mencapai 80 hingga 120 cm. “Beberapa rumah bahkan terendam hingga setinggi dada orang dewasa. Jalan yang sudah di cor sangat tinggi, tapi tetap saja air terus naik dengan cepat,” bebernya.

Selain itu, warga setempat mengeluhkan lambatnya bantuan dari pemerintah, baik berupa sembako, makanan, air bersih, hingga sarana MCK. Padahal, menurut Aan, banjir sudah menjadi agenda tahunan yang seharusnya sudah ada solusi permanen.

“BPPD sudah datang membawa toren air bersih, tapi makanan dan bantuan lainnya belum ada sampai pagi ini. Warga di sini terutama lansia dan anak-anak sangat membutuhkan bantuan,” keluhnya.

Warga juga harus menghadapi kondisi yang sangat memprihatinkan terkait sanitasi. “Kami terpaksa Buang Air Besar (BAB) dan Biang Air Kecil (BAK) di pinggir sungai yang sangat berbahaya, dengan parapet yang hanya tersisa 10 cm. Kalau kepleset, bisa langsung terbawa arus sungai,” ungkapnya.

Warga setempat juga menyebutkan bahwa toilet portable sangat diperlukan untuk menghindari risiko kesehatan yang lebih besar.

Evakuasi warga, terutama yang lanjut usia, juga menjadi prioritas. “Sejak tengah malam, warga sepuh sudah dievakuasi secara mandiri dengan bantuan sesama warga, tanpa adanya rakit atau bantuan alat evakuasi lain dari pihak berwenang,” jelasnya.

Kendati demikian, ia juga menyampaikan harapannya agar masalah ini dapat segera teratasi. “Jika dam penyaring sampah di depan dam sipon dibongkar dan alat berat diturunkan untuk mengangkat kangkung dan eceng gondok, saya yakin air akan segera surut,” katanya penuh harap.

Saat ini, mayoritas warga belum mendapatkan istirahat yang cukup akibat banjir yang terus meluas, sementara listrik meskipun masih menyala, banyak warga yang memilih mematikan listrik demi menghindari konsleting dan bahaya tersetrum.

Dengan kondisi yang semakin memburuk, warga setempat berharap adanya perhatian serius dari pemerintah untuk menangani banjir ini dengan cepat dan tepat, agar permasalahan tahunan ini tidak terus terulang.

Iklan Bank Jombang 2024

Berita Terkait