KABAR JOMBANG – Polusi udara yang dihasilkan PG Tjoekir mulai diresahkan sebagian warga desa Cukir dan desa Jatirejo, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang. Mereka menilai, kapasitas asap hitam yang keluar dari empat cerobong pabrik gula yang berdiri sejak 1884 itu, jauh lebih banyak dan pekat ketimbang dua tahun terakhir ini.
Salah seorang warga setempat mengatakan, jika polusi udara di kawasan dua desa yang merupakan ring 1 itu sangat mengkhawatirkan. Ditambah musim kemarau yang cukup ekstrim. Tak ayal, debu bercampur bintik hitam kerap beterbangan di kawasan itu.
“Dua tahun sebelumnya, asap hitam yang keluar dari cerobong PG Tjoekir tidak sebanyak ini. Tapi belakangan ini malah lebih pekat dan banyak,” jelasnya sambil meminta namanya tidak diberitakan.
Dia menambahkan, penyebab besarnya kapasitas asap hitam tersebut diduga oleh mesin giling PG Tjoekir yang tidak berjalan optimal. Bahkan kabarnya, jika mesin yang dimiliki PG Tjoekir saat ini, juga dikeluhkan kalangan petani tebu, karena tidak memenuhi kapasitas giling seperti dua tahun terakhir.
“Kabarnya, mesin giling PG Tjoekir diganti. Mesin giling yang dipakai sekarang lebih jelek dan tidak memenuhi kapasitas giling. Petani tebu juga banyak yang mengeluh dengan kondisi ini,” lanjutnya.
Tidak hanya dikeluhkan warga setempat, polusi udara yang dihasilkan PG Tjoekir itu juga dikeluhkan para pengguna jalan, terutama roda 2 dan pejalan kaki. “Jika melintas disini, saya lebih berhati-hati. Karena sebelumnya, kerap debu hitam kecil-kecil itu mengenai mata,” kata seorang pengendara motor ini. (rief)