JOMBANG, KabarJombang.com – Psikolog menilai apa yang ditudingkan Bupati Jombang Mundjidah Wahab terkait protes keras korban banjir Dusun Beluk, Kecamatan Kesamben adalah hasil rekayasa atau settingan, merupakan bentuk mempertahankan ‘ego‘ sebagai seorang pejabat.
“Ketika menerima kejadian itu (protes keras), egonya bupati anjlok. Secara mekanistis mesti orang mencari pembenaran dan pertahanan diri. Pertahanan diri yang enak adalah menyalahkan orang lain dengan mencari kambing hitam dan bilang settingan padahal itu adalah aspirasi masyarakat asli,” kata psikolog, Denok Wigati pada KabarJombang.com, Sabtu, (16/1/2021).
Perempuan yang juga dosen psikologi Universitas swasta di Jombang ini menyebut ungkapan bupati Jombang terhadap peristiwa penolakan dirinya saat mengunjungi wilayah banjir di dusun Beluk itu adalah settingan, merupakan suatu mekanisme dalam jiwanya untuk mempertahankan diri dan untuk mendapatkan rasa aman dengan membela dirinya.
“Dalam psikologi orang terpojok atau merasa tidak nyaman ada suatu mekanisme dalam jiwanya untuk mempertahankan diri. Salah satu bentuk mempertahan diri dengan mencari kambing hitam atau memproyeksikan kegagalannya kepada orang,” tuturnya.
Menurut Denok ungkapan settingan itu sendiri muncul karena menganggap atau menyalahkan orang lain dengan memperkirakan adanya kelompok-kelompok tertentu, sehingga ada penolakan. “Akhirnya tercuat komentar settingan,” katanya.
Sementara warga yang melakukan penolakan itu ditambahkan Denok, merupakan tingkah laku massa baik secara verbal maupun fisik karena merasa kecewa terhadap upaya pemerintah yang lamban dalam menangani banjir musiman ini serta menganggap program dan kinerja bupati yang tidak becus.
“Hal ini sangat manusiawi ya, baik Bupati maupun warga yang menolak. Warga yang menolak mengganggap dirinya teraniaya dan meluapkan emosinya. Sedangkan dari sisi bupati secara spontan mempertahan diri atau ego,” pungkasnya.