JOMBANG, KabarJombang.com – Komunitas pelukis Kota Santri, turut memeriahkan peringatan Hari Pahlawan di Kabupaten Jombang, Selasa 10 November 2020, dengan mempersembahkan karya bertema Pahlawan di Alun-alun setempat.
Di antara karya lukisan hasil guratan para pelukis, ada satu lukisan yang cukup menyita perhatian, yakni lukisan Jenderal Besar Soedirman. Namun, lukisannya ini tak seperti lazimnya. Di mana lukisan tersebut, tergambar sang Jenderal memakai masker menutup hidung sampai mulut. Selain itu, dilengkapi tangannya menggunakan sarung tangan.
Meski dianggap kekinian, karena peringatan Hari Pahlawan tahun 2020 ini masih dalam masa pandemi Covid-19, namun lukisan tersebut dinilai kurang etis oleh pemerhati sejarah dan budaya asal Jombang, Nasrul illah atau lebih dikenal Cak Nas.
“Iki karikatur, nggak etis gawe ngunu (Jawa: tidak etis dibuat seperti itu). Siapa yang buat gambar itu,” tutur Cak Nas selepas melihat lukisan tersebut, Selasa (10/11/2020).
Meski adik kandung budayawan kondang Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun ini memahami, jika seniman atau pelukis bebas berekspresi menuangkan karyanya. Namun menurutnya, tidak seharusnya begitu. Dikatakannya, seniman itu boleh bebas tapi tetap menjunjung etika.
“Benar sekali bahwa pelukis itu punya kebebasan berekspresi, tapi harus tetap beretika. Kalau seperti itu seperti ungkapan yang tidak nyambung dan tidak proporsional,” jelas pria yang concern dalam kajian sejarah dan budaya ini.
Cak Nas berpesan, agar sosok pahlawan tidak digunakan untuk hal-hal guyonan atau bercandaan. Dikatakannya, untuk mengungkapkan hal lain, dapat dilakukan dengan ungkapan kata-kata atau narasi.
“Pesan saya, pahlawan jangan dibuat hal yang lucu-lucuan. Kalau pun untuk mengungkapkan sesuatu bisa dinetralisir dengan kata-kata,” terangnya.
Disinggung kemungkinan maksud lukisan pahlawan bermasker itu dalam rangka memerangi Covid-19, lagi-lagi Cak Nas menyampaikan hal tersebut kurang etis.
“Boleh tidaknya itu relatif, tergantung dari sudut pandang mana yang diambil untuk menyikapi. Secara hokum, memang tidak ada. Hanya saja hal tersebut kurang etis,” tutupnya.