Kartini Masa Kini

Kisah Kasemah, Penjual Tikar Asal Lamongan di Jombang Pantang Pulang Sebelum Habis

Kasemah saat ditemui di salah satu Jalan di Jombang. KabarJombang.com/Diana Kusuma Negara/
Kasemah saat ditemui di salah satu Jalan di Jombang. KabarJombang.com/Diana Kusuma Negara/
  • Whatsapp

JOMBANG, KabarJombang.com – Kasemah, penjual tikar pandan asal Ngimbang, Lamongan tidak akan pulang sebelum dagangannya habis terjual.

Perempuan 67 tahuazsSaaZn ini setiap hari membawa sekitar 15 lembar tikar yang dibawanya ke Jombang, dengan membayar Rp 20 ribu untuk ikut naik truk yang lewat agar dapat membawa dirinya dan tikar harus dilakoninya setiap hari demi mencukupi ekonominya.

Baca Juga

Tak pulang sebelum semua tikarnya terjual laku nampaknya menjadi motivasi Kasemah karena dirinya harus memperhitungkan biaya dan jarak tempuh yang setiap hari dilaluinya.

“Kalau naik bus atau angkutan kan gak bisa masuk bawa tikar, makanya pakai truk gak cuma numpang tapi bayar. Sudah jauh-jauh makanya pulang harus habis terjual tikarnya,” tutur Kasemah pada KabarJombang.com, Rabu (21/4/2021).

Tikar yang dihargai perlembarnya dari harga Rp 30 ribu hingga Rp 60 ribu dijualnya dengan berkeliling seraya berpuasa di bulan Ramadan, meski harus berkali-kali berhenti untuk beristirahat.

“Biasanya juga jualan di daerah pertokoan toko emas pasar legi, tapi kalau disana aja gak laku, makanya saya coba keliling ini biar laku meskipun sambil puasa sedikit-dikit berhenti istirahat dulu. Nanti pas buka juga pasti di jalan gak tahi pas dimana waktunya buka ya buka aja,” ungkap Kasemah yang berjualan tikar mulai masih gadis.

Meski diumur yang semakin menua, Kasemah masih terlihat bugar untuk membawa segepok tikar yang digendongnya kemana-kemana demi nenukarkan tikar tersebut dengan rupiah.

“Dari masih perawan sudah jualan ini ya begini mau gimana lagi, jalannya cari uang begini. Alhamdulillah masih diberi kekuatan untuk bekerja mencari uang,” katanya.

Pekerjaan yang setiap hari dilakoninya mulai berangkat dari subuh hingga tak pasti habisnya tikar tersebut telah dilakoninya hingga puluhan tahun dan menghidupi lima anaknya yang kini semuanya telah berkeluarga.

“Anak saya lima tapi sudah berkeluarga semua, saya ikut anak mantu sekarang. Kadang juga dibantu sama anak untuk kulakan tikar ini ke Sukorame sana dari dulu saya kulakan karena bahannya pandan eri ini kan gak ada,” ujarnya.

Kisah Kasemah sebagai bukti salah satu perjuangan seorang perempuan didunia nyata, yang demi mencukupi kebutuhan rela membanting tulang selama puluhan tahun. Dengan berjualan tikar pandan yang harus menempuh jarak puluhan kilometer, untuk menjualnya demi mengantongi rupiah di Jombang.

Iklan Bank Jombang 2024

Berita Terkait