Migrain Bisa Tingkatkan Risiko Penyakit Kronis

Ilustrasi. (Ft: Istimewa).
  • Whatsapp

JOMBANG, KabarJombang.com – Sakit kepala migrain bisa mudah diobati dengan istirahat cukup dan minum obat migrain.

Namun, jangan salah. Anda tetap tidak boleh meremehkan penyakit ini, terutama apabila Anda sering migrain. Migrain yang sering kumat dikaitkan dengan peningkatan risiko delapan penyakit serius berikut ini.

Baca Juga

Risiko penyakit yang mungkin meningkat jika Anda sering migrain

Belum ada data nasional yang berhasil merangkum seberapa banyak penderita migrain di Indonesia. Namun diperkirakan bahwa satu dari lima wanita dan 1 dari 15 pria sering mengalami migrain parah yang disertai gejala mual dan sensitivitas terhadap cahaya terang dan suara keras.

Karakteristik gejala migrain di atas mirip dengan sejumlah kondisi medis lainnya yang mungkin lebih serius.

Maka bila Anda belakangan ini sering migrain, sebaiknya segera cek ke dokter untuk cari tahu penyebab sebenarnya dan pengobatannya yang lebih sesuai. Berobat ke dokter juga membantu mencegah kondisi Anda makin bertambah parah.

Sebagaimana dilansir hellosehat.com, berikut beberapa penyakit yang risikonya mungkin meningkat jika Anda sering migrain.

  1. Depresi

Migrain dan penyakit mental ternyata bisa berkaitan. Migrain sering terjadi pada orang yang memiliki depresi dan gangguan bipolar.

Sebuah studi melaporkan jika Anda sering migraine episodik, risiko mengalami penyakit mental bisa meningkat hingga 2 kali lipat daripada orang yang tidak migrain.

Apalagi jika migrain yang Anda miliki tergolong kronis, yang bisa terjadi lebih dari 15 kali per bulannya. Risiko terkena penyakit mental pun menjadi empat kali lipat lebih tinggi.

Apa hubungannya? Gejala migrain yang sering kumat dan berat yang memicu depresi ternyata sama-sama mengubah kadar serotonin otak.

Maka untuk menghindari risiko ini, Anda perlu merombak total gaya hidup Anda. Kelola stres dengan baik lewat rutinitas dan hobi yang menyenangkan.

Pastikan juga Anda makan makanan sehat, rajin olahraga, dan cukup tidur 7-8 jam setiap malam. Pola makan buruk, kecenderungan malas gerak, dan kurang tidur sudah sejak lama berkaitan dengan peningkatan risiko migrain dan juga depresi.

  1. Gangguan kecemasan

Mengutip prevention, American Migraine Foundation menyebutkan bahwa sekitar 50% orang yang mengalami migrain kronis juga diketahui memiliki gangguan kecemasan. Begitu juga sebaliknya. Orang yang memiliki gangguan kecemasan dilaporkan sering migrain.

Apa yang menghubungkan kedua kondisi ini, lagi-lagi, adalah stres baik dari pemicu migrain maupun pemicu serangan kecemasannya. Ketahuilah ada banyak cara untuk meredakan stres dan kecemasan berlebihan.

Salah satunya adalah dengan meditasi dan teknik pernapasan dalam. Yoga juga mejadi alternatif kegiatan fisik yang baik untuk mengelola stres dan kecemasan.

  1. Penyakit jantung

Migrain bisa terjadi kapan saja ketika Anda bertemu dengan pemicunya. Entah itu cuaca yang sangat panas terik, melewatkan waktu makan, atau karena kurang tidur.

Namun, terlalu sering migrain juga bisa menjadi tanda bahwa ada yang salah dengan tubuh Anda. Menurut penelitian yang diterbitkan pada European Journal of Neurology, migrain dapat meningkatkan risiko Anda terkena penyakit jantung, terutama akibat hipertensi yang tidak terkontrol.

Jika Anda sudah berisiko dengan penyakit jantung atau sudah memiliki penyakit jantung dan sering mengalami migrain, hindari obat migrain yang mengandung triptans.

Obat ini bisa menyebabkan penyempitan pembuluh darah di otak dan jantung. Selain itu, berhenti untuk merokok serta hindari asap rokok di sekitar Anda.

  1. Asma

Asma dan migrain adalah penyakit yang berbeda. Asma merupakan gangguan pernapasan, sementara migrain adalah gangguan pada sistem saraf. Namun, perlu Anda ketahui bahwa keduanya memiliki kesamaan, yaitu menyebabkan peradangan.

Pada migrain, peradangan terjadi pada pembuluh darah di luar otak yang menyebabkan rasa sakit berdenyut-denyut di kepala. Orang dengan asma mengalami peradangan dan penyempitan pada saluran pernapasannya sehingga mereka sulit bernapas lega.

Pada pengidap asma, otak yang tidak mendapatkan cukup darah segar beroksigen dapat memunculkan gejala sakit kepala khas migrain. Bahkan, obat asma ada yang berpotensi sekaligus mencegah migrain.

  1. Stroke

Jika Anda sering mengalami sakit kepala disertai sensitivitas pada cahaya terang dan muncul rasa kesemutan di wajah atau tangan, Anda harus waspada. Migrain dapat berisiko menyebabkan stroke iskemik.

Stroke iskemik terjadi ketika pembuluh darah yang menyuplai darah ke area otak terhalang oleh bekuan darah.

Orang yang sering migrain trombosit darahnya menjadi aktif sehingga memicu pembekuan darah. Akibatnya, risiko terkena penyakit stroke semakin tinggi. Apalagi jika migrain sering terjadi pada orang yang usianya lebih tua dan memiliki kebiasaan merokok.

Namun begitu, risiko stroke akibat migrain ternyata lebih rendah pada wanita. Migrain yang disertai aura merupakan penyakit “langganan” wanita, dan wanita yang berusia lebih muda memiliki risiko stroke yang lebih rendah daripada pria.

  1. Epilepsi

Epilepsi dan migrain sama-sama terjadi akibat adanya gangguan pada sistem saraf otak. Kedua kondisi tersebut juga sering dipicu oleh hal yang sama, misalnya kurang tidur.

Itu kenapa jika Anda memiliki migrain, risiko terkena penyakit epilepsi bisa semakin meningkat. Begitu juga sebaliknya, memiliki epilepsi membuat Anda sering mengalami migrain. Namun, risiko penyakit epilepsi karena sering migrain tetap lebih kecil jika dibandingkan dengan faktor keturunan.

  1. Bell’s palsy

Sebuah studi tahun 2014 yang diterbitkan dalam Neurology Journal mengungkapkan bahwa orang yang sering migrain dua kali lebih mungkin berisiko Bell’s palsy. Bell’s palsy adalah kelumpuhan pada otot-otot wajah.

Peneliti sepakat bahwa kaitan antara migrain dengan Bell’s palsy adalah adanya perubahan pada pembuluh darah, peradangan, atau infeksi dari virus.

Yang perlu Anda perhatikan bahwa selain migrain, Bell’s palsy juga menunjukkan gejala seperti kelemahan pada satu sisi wajah, kesulitan membuat ekspresi, atau nyeri pada rahang dan bagian belakang telinga.

Iklan Bank Jombang 2024

Berita Terkait