JOMBANG, KabarJombang.com – Sungai yang diduga menjadi tempat pembuangan limbah kotoran hewan ternak di 5 desa yang ada di Kecamatan Wonosalam, Jombang, dikeluhkan warga, karena menimbulkan bau yang menyengat dan airnya keruh.
Yono (55) warga Desa Wonokerto, Kecamatan Wonosalam mengaku, adanya bau menyengat terjadi sejak tiga tahun silam. Hal tersebut berdampak ke masyarakat yang sudah terjadi selama 3 tahun yang lalu.
“Yang terdampak adalah Desa Panglungan, Carangwulung, Jarak, Wonomerto dan Galengdowo, ini yang paling berdampak sungainya dialiri limbah kotoran sapi perah,” ujarnya pada Sabtu (24/8/2024).
Ia mengatakan, air sungai di beberapa desa yang ada di Kecamatan Wonosalam saat ini sudah tidak jernih lagi dan sudah tidak bisa untuk digunakan mencuci pakaian apalagi dikonsumsi.
“Yang paling terdampak adalah masyarakat yang menggunakan air tersebut untuk dikonsumsi. Bahkan untuk mencuci pakaian pun tidak bisa karena airnya sering berwarna hijau keruh,” ungkapnya.
Warga sempat memprotes akan hal tersebut, bahkan juga memberikan tawaran solusi. Akan tetapi hingga saat ini belum ada tindak lanjut.
“Sudah ada protes, kami mengeluh tapi tidak ada realisasi, padahal kami sampaikan solusi berupa bak penampung atau diolah menjadi pupuk,” ucapnya.
Menurut pengakuan Yono, Ia tidak bisa menyalahkan para peternak, lantaran hal tersebut merupakan usaha mereka dalam meraih rupiah. Namun ia menginginkan Dinas terkait supaya tidak menutup mata atas kejadian ini.
“Rata-rata dari usaha warga, hal ini membutuhkan bimbingan dari dinas terkait, kita tidak bisa menyalahkan peternak. Seharusnya dinas terkait memberi wawasan atau solusi sehingga limbah tidak dialirkan ke sungai,” lontarnya.
Keresahan tersebut juga turut dirasakan oleh Khoirul (38) warga Dusun Sranten, Desa Panglungan, Kecamatan Wonosalam.
“Dulu mandi dan cuci di sungai ini, sekarang tidak bisa karena ada limbah kotoran sapi perah,” kata Khoirul.
Menurutnya, bau menyengat dan keruhnya sungai berada di jam tertentu saat para peternak melakukan pembuangan kotoran hewan ternaknya. Seringnya pada pagi dan sore hari.
Bahkan, Khoirul dengan berbagai keterbatasan berusaha memberitahukan persoalan ini ke Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jombang, dia mengaku pernah melakukan DM ke akun IG Pemkab Jombang berupa mengirimkan video pencemaran limbah kotoran hewan ternak di sungai. Namun, upaya itu tak membuahkan hasil.
“Saat ini kami butuh solusi, tidak merugikan peternak dan tidak merugikan masyarakat sekitar. Bahkan kami akan melakukan aksi demo jika persoalan ini belum juga diberikan solusi,” ancamnya.
Biar peternak tidak dirugikan, ia berharap ada Induk Pembuangan Air Limbah (IPAL) yang difasilitasi oleh Pemkab dalam pemdampingan serta pembuatannya.
“Ada lima desa yang terdampak, ini sudah berlangsung sekitar 3 sampai 4 tahun belum kuga ada solusi sampai sekarang,” tandasnya.
Dikonfirmasi terpisah, Sugiat Kepala Desa Panglungan mengaku belum ada warga yang lapor ke Pemdes terkait persoalan ini. Pihaknya masih butuh turun ke lokasi untuk memastikan kondisi air sungai.
“Harapan saya dari dinas terkait bisa memberikan penanggulangan, terutama mengedukasi masyarakat supaya faham dan mengerti terkait dampak kelingkungan,” ujarnya.
Hal itu terjadi lantaran masih banyaknya para peternak yang belum faham atas dampak lingkungan. Saat ini Sugiat memandang perlu adanya pembangunan IPAL, hal itu bukan tanpa alasan namun karena masyarakat di wilayahnya mayoritas peternak sapi perah.
“Sangat perlu dibangunkan IPAL, apalagi peternak perah disini begitu banyak. Kebanyakan warga kami di usaha sapi perah,” pungkasnya.