NGORO, KabarJombang.com – Jerit tangis seorang siswa di Madrasah Ibtidaiyah Genuk Watu, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang terdengar saat mengikuti vaksin Covid-19. Ia adalah Muhammad Jamaluddin, siswa berusia 7 tahun yang duduk di kelas 1 MI.
Program vaksinasi anak di sekolah dengan usia 6 sampai 11 tahun ini dimulai pada Rabu (5/1/2021) sekitar pukul 09.00 WIB. Kala itu, vaksinasi diawali dari kelas 1. Bocah cilik berseragam merah batik ini mulanya santai memasuki ruangan kelas pojok sekolah tersebut.
Namun, setelah mulai gilirannya untuk disuntik vaksin, wajah bocah yang akrab disapa Jamal ini mulai tampak ketakutan. Angin segar yang memasuki ruangan dari beberapa jendela tersebut, seakan tidak mampu menghapus keringat yang bercucuran dari wajahnya.
Usai melalui proses skrining, wajah ketakutan semakin tampak. Sayangnya, pada saat hendak disuntik vaksin, pria berambut keriting ini menolak dengan sejumlah alasan yang dilontarkan. Alasan demi alasan tersampaikan sembari menangis menjerit-jerit.
“Aduh, tidak. Sakit, jarumnya panjang. Wes gak mau,” begitu kata-kata yang disampaikan terhadap petugas puskesmas dari Pulorejo, Kabupaten Jombang.
Karena berkali-kali terulang kembali, ayahnya turut mendampingi untuk menenangkan psikis anak tersebut. Setelah beberapa temannya hampir sudah tervaksin, bocah cilik bersuara cempreng ini pun mengatakan sudah berani untuk divaksin.
Namun demikian, kejadian menolak divaksin kembali terjadi. Sehingga bapak kandung dari bocah ini memberi pesan bahwa kalau tidak mau divaksin, pulang saja. Statement ini mampu membuat anaknya kembali merasa berani dan meminta bapaknya untuk tidak pulang terlebih dahulu.
Akhirnya, Jamal langsung membuka separuh bajunya sembari berjalan ke petugas Vaksinator. Sungguh lucu reaksi bocah ini saat memilih petugas yang diminta untuk menyuntik. Dari awal yang mau menyuntiknya petugas pria, namun ia lebih meminta kepada ayahnya untuk disuntik oleh petugas yang perempuan saja.
“Sek tunggu. Yo wes aku disuntik, disuntik sama yang di sini saja (petugas Vaksinator puskesmas yang perempuan dan berparas cantik, maksudnya),” katanya yang disambut tawa dari beberapa teman dan petugas Vaksinator setempat.
Sebelum disuntik, Jamal meminta waktu untuk berdoa. Maksudnya agar tidak terasa saat ditusuk suntik dosis vaksin ke lengan sebelah kirinya itu. Selain berdoa, Jamal juga sempat berpesan kalau usai divaksin, pihaknya meminta ke ayahnya untuk diajak berenang di kolam pemandian.
“Sek, doa sek. Gak sakit kan, jangan panjang-panjang jarumnya. Jangan lupa yah, renang,” ujar sang anak yang disambut senyuman oleh sang ayah yang sedang merangkulnya.
Al hasil, Jamal pun bisa divaksin meskipun dengan penuh tangis air mata yang menetes dan menjerit-jerit keras. Tak hanya satu ruangan yang terdengar, melainkan suara jeritannya mampu membuat teman kelas sebelahnya ikut serta menjenguknya.
Pasalnya, Jamal merasa takut untuk divaksin karena tidak bisa melihat darah. Selain itu, ia memberanikan diri untuk mengikuti vaksinasi tersebut agar bisa diajak renang oleh keluarganya.
“Takut tadi, takut berdarah. Biar jadi renang,” jelas singkat Jamal kepada KabarJombang.com saat ditemui usai melakukan vaksinasi Covid-19.
Ditempat yang sama, Koordinator Imunisasi Puskesmas Pulorejo, Silvia Sofi Rahmawati mengatakan bahwa untuk pelaksanaan vaksinasi Covid-19 setempat tidak ada pemaksaan. Melihat kejadian yang dialami Jamal, pihaknya mengaku juga untuk membantu menenangkan psikisnya.
“Tidak ada pemaksaan, tadi sudah kami sampaikan bahwa kalau memang sudah tidak divaksin tidak apa-apa. Tapi anaknya balik lagi pengen divaksin, jadi kami tenangkan dulu psikisnya. Lalu kemudian saat dirasa sudah tenang, baru bisa divaksin,” tukasnya.