Cerita Korban Aplikasi Smart Wallet di Jombang, Terjerumus ke Jurang Investasi Bodong 

  • Whatsapp

JOMBANG, KabarJombang.com – Korban aplikasi trading Smart Wallet ceritakan awal mula tergiur ‘mendem uang’ ke jurang investasi bodong.

Seperti diketahui, aplikasi Smart Wallet ini masih jadi pergunjingan masyarakat Jombang karena memakan banyak korban dengan kerugian yang tak sedikit.

Baca Juga

Salah satu korban yang wadul ke KabarJombang.com, berinisial MFA (24) asal Peterongan, Jombang, mengaku tergiur terjerumus ke investasi bodong aplikasi Smart Wallet karena bujuk rayu leader dengan iming-iming keuntungan 2 persen setiap harinya.

Ia pun menceritakan awal mula ia terjerumus karena diajak oleh salah satu leader yang juga tinggal di Peterongan.

“Pertama ya ada leader lah, terus menawari ada salah satu aplikasi yang diawasi OJK dan lain-lain, deposit minimal 500 ribu, dan dapat keuntungan 2 persen setiap hari. Sudah hampir dua bulan lebih sedikit ini saya bergabung di aplikasi ini,” ucapnya saat dikonfirmasi pada Senin (1/4/2024).

Pria yang kesehariannya bekerja di bengkel servis AC di Jombang ini tergiur dengan bujuk rayu leader karena keuntungan yang dijanjikan menguntungkan.

“Intinya dia menjelaskan ke saya bahwa aplikasi ini banyak keuntungan, dia juga menceritakan bahwa pernah mendapatkan keuntungan dari aplikasi itu. Siapa sih yang tidak tergiur dengan tawaran yang seperti itu, pastinya tergiur,” katanya.

Karena tergiur, ia pun ditawari oleh leader itu untuk deposit. Menariknya, leader tersebut menawari pinjaman uang kepada MFA untuk deposit ke aplikasi.

“Akhirnya, pertama kali saya deposit itu, saya dipinjami uang sama dia (leader) nya ini, tapi nanti disuruh mengembalikan. Saya dipinjami Rp 500 ribu untuk deposit. Karena minimal itu depositnya segitu,” ujarnya.

MFA melanjutkan, ternyata untuk deposit ada persyaratan yang harus dipenuhi.

“Aslinya dari aplikasi nya itu ada persyaratannya untuk deposit. Persyaratannya deposit itu minimal umurnya 25 tahun, sedangkan umur saya di bawah 25 tahun. Nah akhirnya sama leader nya itu dicarikan KTP nya orang lain dan didaftarkan,” katanya lagi.

Tidak sampai dua minggu dari deposit pertama, ia coba untuk menarik uang dari aplikasi tersebut. MFA menarik semua uang deposit itu sebanyak Rp 500 ribu. Namun, ia mengaku para leader di Smart Wallet dan yang mengajaknya masuk malah seperti memarahi MFA.

“Para leadernya itu termasuk yang mengajak saya seperti tidak senang karena saya menarik dana itu dari aplikasi. Pikir saya, daftar pakai KTP nya orang apakah bisa saya cairkan ke rekening saya sendiri? Apakah saya salah punya pikiran seperti itu. Akhirnya berhasil saya tarik, tapi itu tadi, saya seperti di marahi oleh para leadernya karena saya menarik dananya, dan akhirnya saya kembalikan lagi uang itu ke aplikasinya lagi,” ungkapnya.

Sampai hari itu berlalu dan hingga kini, kejelasan seputar pencairan di aplikasi itu masih abu-abu. MFA melanjutkan, tepatnya pada hari Minggu (24/3/2024) itu, ia mengecek aplikasi tersebut.

Dari uang deposit yang awalnya Rp 500 ribu, di aplikasi naik menjadi Rp 2.500 juta. Dan di hari yang sama pula, dirinya yang juga masuk ke grup iseng membuka grup.

“Saya iseng buka grup dan saya liat isi chatnya orang-orang di grup itu mengeluh karena tidak bisa menarik dana dari aplikasi tersebut. Dan sampai sekarang ini tidak bisa dicairkan dan tidak bisa masuk ke rekening,” jelasnya.

Sebagai informasi, setiap anggota yang sudah daftar memang di masukkan ke satu grup, menurut MFA di dalam grup itu itu ada sekitar 450 anggota.

“Saya tahunya dari grup itu, para anggotanya pada mengeluh karena sudah narik cuma kok tidak masuk ke rekening. Tidak ada pengumuman apapun, tiba-tiba tidak bisa ditarik. Akhirnya, leader yang mengajak dan mencari anggota itu tadi memberi informasi disuruh untuk verifikasi akun lagi agar uang bisa ditarik dan dicairkan ke rekening,” tuturnya.

Namun, untuk verifikasi akun harus kembali membayar lagi sebesar 50 dolar. Berarti jika dirupiahkan, harus mengeluarkan uang lagi sebesar Rp 700 ribu untuk sekedar verifikasi akun.

“Akhirnya kita disuruh deposit lagi untuk verifikasi akun agar uangnya bisa ditarik dan dicarikan ke rekening,” imbuhnya.

Namun, ia sendiri tidak melakukan hal tersebut karena sudah menaruh curiga sejak awal. Dan sampai saat ini,  belum ada kejelasan apakah uang itu bisa ditarik atau tidak.

Ditanya soal kerugian yang ia alami, MFA menjabarkan bahwa kerugian yang ia alami tidak sebanyak korban lainnya.

Total kerugiannya hanya Rp 500 ribu saja yang memang dimaksudkan untuk deposit di awal.

“Uang yang Rp 500 ribu untuk saya deposit dan dipinjamkan oleh leadernya itu tadi dan uang itu sebelumnya juga sudah ditagih sama leader yang meminjamkan.  Karena alasan itu kenapa saya itu coba untuk narik uang itu dari aplikasi itu, karena saya ditagih terus sama leadernya untuk mengembalikan uang deposit yang dipinjamkan ke saya itu. Tapi karena saya menarik uang itu, lah kok leadernya seperti tidak senang akhirnya uangnya saya kembalikan ke aplikasi,” ungkapnya lagi.

Meskipun begitu, MFA tetap mengembalikan uang yang dipinjamkan oleh leader tersebut, namun uang yang dipakai adalah uang pribadinya sendiri bukan hasil dari aplikasi itu.

Ia melanjutkan ceritanya, pada hari Senin (25/3/2024) itu dirinya inisiatif untuk menyelidiki sebenarnya aplikasi ini apa. Ternyata diketahui, bahwa apa yang keluar dari mulut para leader adalah kebohongan.

“Saya buka OJK, ternyata aplikasi ini ilegal, jadi semua pengumuman di aplikasi itu ilegal. Terus, leadernya itu kalau mencari anggota, selalu mengatakan kalau aplikasi sudah diawasi oleh OJK dan legal,” tuturnya.

Siapa yang tidak percaya dengan bujuk rayu manis tersebut, terlebih orang awam yang sama sekali tidak mengetahui aplikasi tersebut.

“Pastinya orang awam percaya dengan bujuk rayu tersebut. Leadernya juga tidak benar-benar tahu cara kerja aplikasi tersebut, leadernya itu hanya mengatakan itu modal dari kita sendiri, dan hanya investasi saja. Uang itu dibiarkan di aplikasi tersebut, nanti setiap harinya akan mendapatkan keuntungan sebanyak 2 persen,” pungkasnya.

Sebelumnya, para korban smart wallet mulai mencuat ke publik, mereka merasa ditipu karena saat mau dicairkan, tidak bisa. Begitu juga saat para korban mendatangi kantor smart walet Jombang sudah tutup.

(OB) warga jombang, mengatakan kalau yang menjadi korban adiknya. Awalnya adiknya setor uang Rp 1 juta satu bulan kemudian di cairkan menjadi Rp 1,8 juta selanjutnya adik saya investasi lagi sebesar Rp 13 juta dan mau dicairkan tidak bisa

Hal sama juga dikatakan korban smart wallet asal Kecamatan Ploso inisial (IS). Ia menceritakan awalnya dia didatangi temannya mantan kades, selanjutnya mengenalkan leader smart wallet wilayah utara brantas bernama Wahyu Cahyono yang juga mantan Kades, mempromosikan kalau ada aplikasi smart walet.

Iklan Bank Jombang 2024

Berita Terkait