GUDO, KabarJombang.com – Siapa sangka jika Kabupaten Jombang mempunyai produsen sarung tenun seperti di Desa Plumbongambang, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang yang produknya dapat tembus hingga pasar luar negeri seperti Timur Tengah.
Meski sempat tersendat karena pandemi covid-19, salah satu pengrajin yakni Sugeng Riyadi (50) mengaku akan mulai memaksimalkan penjualan serung tenun handmade miliknya.
“Meskipun di awal bulan ramadan ini belum terjadi peningkatan, namun kali ini harapannya usaha ini terus berjalan dengan lancar, optimis bangkit meski kendala pandemi masih saya rasa hingga saat ini,” katanya, Rabu (6/4/2022).
Karya sarung tenun milik Sugeng dengan mempekerjakan 25 karyawannya tergolong bukan usaha biasa. Pasalnya, peminat atau pembeli sarung dengan teknik tenun ini menembus pasar hingga negara Timur Tengah.
“Pengirimannya paling jauh ke timur tengah, ya memang ke situ ngirimnya. Selain ke situ, ada juga seperti di wilayah Kalimantan gitu. Tapi Ramadan ini masih belum banyak pesanannya, meski begitu ya tetap optimis bangkit saja kedepannnya. Bismillah gitu saja,” ungkapnya.
Selain masih terbayang-bayang kondisi pandemi covid-19, produksi sarung tenung milik Sugeng ternyata juga terkendala oleh bahan baku akibat perselisihan Rusia, karena bahan baku yang digunakan harus impor.
“Akhir-akhir ini sejak peristiwa Rusia pecah itu, pasar agak seret uangnya. Dari harga kapas tenun yang makin mahal, dan sulit untuk mendapatkannya. Kalau saya pesannya di luar negeri tepatnya di China, karena melihat kwalitas yang bagus dan nyaman. Kalau di dalam negeri ini, kwalitasnya saya rasa masih kurang maksimal gitu saja. Mudah putus dan pendek,” terangnya.
Mengenai harga sarung tenun yang diproduksinya termasuk terjangkau jika melihat proses dan kerumitannya. Karena, membuat satu produk bahan jadi membutuhkan waktu satu hari.
“Perpotong sarung tenunnya saya jual 500 ribu. Tapi dijamin kwalitas bagus dan nyaman. Perbedaan sarung tenun ini dengan lainnya, terasa dingin saat cuaca panas. Dan terasa hangat saat cuaca dingin, jadi menyesuaikan,” jelasnya.
Disinggung soal omzet yang diraup oleh Sugeng, hal tersebut bergantung dari besaran pesanan yang diminta kepadanya. Namun demikian, omset dapat dikalkulasi hingga puluhan juta rupiah.
“Tidak mesti (omzet) tergantung waktu pengirimannya, kadang perminggu kadang juga setiap dua minggu sekali gitu. Setiap ngirim, jumlah sarungnya sekitar seratusan. Jadi kalau ditanya omzet setiap pengiriman, dapatnya sekitar Rp 50 juta an,” pungkasnya.