Pengerajin Arang Grubuk di Kecamatan Bareng Jombang Banjir Pesanan Jelang Idul Adha, Banyak Pesanan Ditolak karena Kesulitan Bahan Baku

Foto : Suparno ketika memproduksi arang grubuk yang sudah ia tekuni sejak 2016. (Wahyu/KabarJombang).
  • Whatsapp

BARENG, KabarJombang.com – Ramainya produksi pandai besi menjelang Idul Adha, turut diikuti dengan ramainya permintaan arang grubuk sebagai bahan baku pembakaran pembuatan pisau.

Hal itu dirasakan oleh pengerajin arang gubuk di Desa Kebondalem, Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang. Namun, peningkatan pemesanan arang grubuk yang terjadi saat ini, tidak diimbangi dengan ketersediaan bahan baku pembuatan arang. Kayu yang biasanya digunakan sebagai bahan baku arang grubuk, sulit didapati oleh para pengerajin arang grubuk.

Baca Juga

Suparno salah satu pengerajin arang grubuk merasakan dampak banyaknya pemesanan jelang Idul Adha. Banyaknya pemesanan tidak diikuti dengan banyaknya ketersediaan bahan baku, sehingga ia menolak beberapa pesanan arang grubuk.

“Pesanan arang grubuk memang cukup banyak ketimbang hari biasanya. Banyak pengerajin pandai besi yang terus memproduksi pisau karena banyaknya pesanan menjelang Idul Adha. Namun, saya tidak mampu memenuhi sebagian pesanan karena keterbatasan bahan baku berupa kayu jati sebagai pembuatan arang grubuk. Sampai saat ini total saya sudah menolak 7 pesanan,” jelas Suparno.

Perbedaan hari biasanya dengan hari-hari tertentu seperti menjelang Idul Adha seperti saat ini, terletak pada tingkat pemesanan para pengerajin pandai besi. Harga yang ditentukan oleh Suparno per karung Rp 60.000.

“Perbedaan ketika hari biasa dengan saat ini, biasanya pengerajin pandai mengambil arang grubuk hanya 2 karung glangsing, bahkan terkadang mereka libur produksi. Sementara, ketika musim-musim seperti ini mereka bisa memesan 3 karung glangsing,” ucap Suparno pengerajin arang grubuk sejak 2016.

Sementara itu, Suparno memperkirakan penyebab sulitnya bahan baku pembuatan arang grubuk karena ketersediaan kayu jati sulit didapatnya. Kayu jati menjadi bahan baku utamanya karena kualitas lebih baik.

“Menurut saya karena arang grubuk ini dibuat dari pohon jati. Sedangkan, saat ini saya masih kesulitan mencari pohon jati. Ketika di pengerajin palet atau “grajen” tidak ada kayu jati maka saya juga akan mengalami kesulitan memproduksi arang. Selain itu, pengerajin pandai besi lebih suka dengan arang grubuk dari kayu jati karena kualitas pembakarannya lebih bagus, ketimbang jenis kayu lainnya,” tuturnya.

Suparno biasanya membeli kayu sebagai bahan baku utama pembuatan arang grubuk di pengusaha “grajen” atau pengerajin palet. Ia biasanya menghabiskan satu rit dalam sekali bakar ketika hari biasanya, namun saat ini produksi arang menyesuaikan dengan ketersediaan bahan baku.

“Saya membeli bahan baku kayu di pengusaha “grajen” dan pengerajin palet, namun terkadang saya membeli kayu di kebun-kebun milik warga. Biasanya sehari saya bisa menghabiskan 1 rit kayu sebagai bahan baku arang grubuk, ketika kayu masih tersedia banyak di pengerajin palet. Tetapi saat ini, keterbatasan kayu disana mengakibat saya harus benar-benar menyesuaikan arang dengan bahan baku, 1 rit saya gunakan selama satu Minggu,” ucapnya.

Sampai saat ini total pemesanan arang grubuk yang sudah ia kerjakan kurang lebih 78 karung glangsing. Setiap harinya Suparno memproduksi arang dengan menyesuaikan ketersediaan barang bahan baku kayu. Ketika bahan baku mencukupi ia bisa memproduksi arang grubuk lebih dari 3 karung glangsing.

“Total dari tanggal 1 Mei sampai saat ini menjelang Idul Adha kurang lebih 78 karung glangsing. Jadi sehari saya bisa menghasilkan arang grubuk minim 3 karung glangsing. Produksi arang saya lakukan setiap hari jika bahan baku tersedia banyak sedangkan ketika jumlah kayu banyak bisa sampai sehari menghasilkan 6 sampai 8 karung glangsing dalam sehari,” pungkasnya.

Berita Terkait