Pandemi Covid-19, Pengerajin Tikar Pandan Kabuh Jombang Hampir Bangkrut

Cici, saat menjemur tikar pandan di halaman rumahnya. (M. Fa'iz).
  • Whatsapp

KABUH, KabarJombang.com-Akibat masa pandemi Covid-19 yang hingga kini belum berakhir. Membuat pengrajin tikar pandan di Desa Kauman, Kecamatan Kabuh, Jombang, kelimpungan.

Adalah Cici (52) salah satu pengrajin tikar pandan di Desa Kauman yang kini hampir bangkrut. Betapa tidak, sejak pandemi pemesanan tikar dan harganya terus merosot.

Baca Juga

“Sejak corona datang, semuanya berubah. Dari pemesanan yang biasanya mengirim dua kali sebanyak dua truk tiap bulannya. Namun saat ini pesanan menurun, sebulan itu hanya sekali ngirim,” ujar wanita yang biasa disapa Bu Cici ini saat ditemui KabarJombang.com, Selasa (1/6/2021).

Dikatakan Cici, dalam pandemi ini juga mengimbas terhadap harga jual tikar. Sebelum pandemi per lembar tikar berkisar Rp 50 ribu. “Sedangkan sekarang harganya turun berkisar antara Rp 30 ribu pertikar,” lanjutnya.

Meski begitu, pengrajin yang juga sebagai petani tersebut terus bertahan dengan sabar dalam menghadapi cobaan yang sedang menimpanya. Menurutnya, karena baginya hal itu sudah menjadi tantangan sebagai pengusaha.

Kendati usahanya hampir punah, Cici tetap giat dalam menekuni usaha kerajinan tikar tersebut dengan berbagai tahapan proses. Dimulai dari memotong pandan, menganyam, hingga menjemur di halaman rumahnya.

“Walaupun pandemi ini cukup berdampak, saya tetap tekun membuat tikar ini dengan bagus. Karena membuat tikar dari pandan itu membutuhkan orang yang sabar dan telaten dalam tahapannya, kalau tidak begitu hasilnya cepet rusak,” katanya.

Tidak hanya itu saja, lanjutnya omset yang didapat perbulannya itu sangat menurun derastis. Sehingga selain bekerja sebagai pengrajin tikar pandan dia harus bekerja dobel. Setelah selesai membuat beberapa tikar, dia harus turun ke lahan pertanian.

“Karena semua serba menurun, yang biasanya saya mendapat penghasilan sekitar Rp 8 juta dalam sebulan. Sekarang menurun ke pendapatan Rp 12 juta dalam dua bulannya. Maka dari itu saya harus bekerja dua kali, setelah tikar langsung ke sawah,”katanya lagi.

Cici menambahkan, tikar pandan hasil produksinya dikirim ke Bali. Namun, sebelum pandemi Cici kirim dua kali dalam sebulan, kini hanya kirim sekali dalam sebulan. Meski begitu, Cici tak patah semangat sebagai pengrajin tikar pandan. (MG-1).

 

 

 

 

Iklan Bank Jombang 2024

Berita Terkait