GUDO, KabarJombang.com – Kenaikan nilai tukar dolar terhadap rupiah yang menyentuh Rp 16.591, menjadi berkah tersendiri bagi perajin manik-manik di Desa Plumbon Gambang Kecamatan Gudo Jombang.
Deni Puji Utari (30), salah satu pengerajin manik-manik dan sekaligus pemilik galeri Green Gallery Beads mengaku diuntungkan dengan nilai tukar dolar terhadap nilai mata rupiah bagi usahanya.
“Kalau misalkan dolar naik, justru manik-manik ini diuntungkan karena ketika menjual manik-manik ke luar negeri menggunakan mata uang dolar. Kemudian krus nya lebih tinggi daripada rupiah, sehingga pengerajin atau pengusaha manik-manik seperti saya merasa diuntungkan,” ujar Deni Puji Utari.
Puji Utari mengirimkan hasil karya manik-maniknya bukan hanya di wilayah Indonesia saja, melainkan sampai ke mancanegara seperti China hingga Amerika.
Keuntungan yang diperoleh dari penjualan manik-manik sampai ke luar negeri tidak lepas dari efek melonjaknya dolar terhadap rupiah.
“Pelanggan manik-manik Green Gallery Beads tidak hanya lokal seperti Bali, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Jakarta. Melainkan sampai ke China dan Amerika. Pelanggan dari luar negeri biasanya mengambil secara grosir, sedangkan kalau di Indonesia kebanyakan eceran. Harga grosiran di luar negeri seperti Amerika kalau manik-manik kecil saya hargai 1 dolar sampai 4,5 dolar per kalungnya. Saat ini sudah ada kurang lebih 5 customer, tetapi kebanyakan orang-orang China langsung datang ke galeri untuk membeli manik-manik secara grosiran,” jelas Puji Utari.
Grosiran manik-manik yang ia kirim ke Amerika lebih dari 3 box. Hal itu dilakukan untuk memenuhi pesanan dari para customer.
“Pengiriman ke luar negeri biasanya 5 box sampai 6 box. Biasanya maksimal 30 kilo, namun biasanya kami bisa mengirim satu Minggu 30 kilo Kemudian Minggu selanjutnya kami mengirim lagi 30 kilo, ” paparnya.
Bahan-bahan yang digunakan selama ini oleh pengerajin manik-manik memang sedang mengalami lonjakan harga, namun lonjakan harga tersebut dirasa oleh Utari masih bisa terjangkau.
“Bahan-bahan yang digunakan saat ini mengalami kenaikan mulai dari harga limbah pecahan kaca per kilonya Rp 3.000, sebelumnya harga limbah pecahan kaca masih Rp 1.500 sampai Rp 2.000 sekarang naik jadi Rp 3.000 per kilonya. Kemudian bahan pewarnanya juga mengalami kenaikan harga sesuai dengan dolar. Sat ini 1 kilo harganya Rp 160.000 sampai Rp 300.000. sebelumnya harga pewarna masih Rp 110.000 sampai Rp 150.000 Hampir 2 kali lipat kenaikannya. Namun kami menggunakan penambahan pewarnanya tidak terlalu banyak, biasanya ambil 1 kilo bisa sampai berbulan-bulan,” jelas Puji Utari.
Imbas naiknya harga bahan baku membuat Puji Utari sedikit mengupayakan agar tidak menaikkan harga yang dapat berimbas pada customer.
“Seharusnya harga manik-manik juga mengalami kenaikan. Namun para customer tidak mau tahu akan hal tersebut. Mungkin kalau kami naikkan Rp 1000 atau Rp 2000 mereka tidak akan keberatan. Harga manik-manik perkalung yang ukuran kecil biasanya kami jualnya Rp 6.000 sampai Rp 10.000. Kalung dengan corak yang agak sulit biasanya kami jual Rp 25.000 sampai Rp 50.000. Tergantung motif dan warna yang dipesan atau dibeli. Saat ini harga belum kami naikkan dan masih stabil,” tutup Deni Puji Utari.