Curah Hujan Masih Tinggi, Pengerajin Batu Bata di Mojowarno Jombang Kesulitan Produksi

Foto : Proses pembuatan batu bata milik Asnafi Atin, salah satu warga Desa Gondek Mojowarno yang berprofesi sebagai pengerajin batu bata. (Wahyu/KabarJombang).
  • Whatsapp

MOJOWARNO, KabarJombang.com – Curah hujan yang cukup lebat dalam satu bulan terakhir ini memberikan dampak tersendiri bagi pengerajin batu bata di Dusun Wiringin Jejer Etan Desa Gondek Mojowarno Jombang.

Dampak curah hujan tinggi menghambat produktivitas dalam proses pembuatan batu bata, mulai dari bahan baku hingga proses penjemuran.

Baca Juga

Asnafi Atin (45) salah satu pengerajin batu bata menjelaskan dampak hujan terhadap bahan baku yang digunakan pembuatan batu bata terendam akibat hujan.

“Dampaknya kalau untuk bahan baku ketika musim hujan seperti ini, bahan baku yang sudah habis sulit didapat karena tanah liat terendam air hujan, dan truk yang mengangkut tanah liat tidak dapat masuk ke dalam lokasi. Hal itu dapat menghambat produksi pembuatan bata,” jelasnya.

Dampak hujan juga turut memberikan kendala ketika melakukan penjemuran batu bata. Ia menjelaskan ketika akhir-akhir ini, penjemuran tidak optimal dan memakan waktu lebih lama, ketimbang musim kemarau.

“Saat ini penjemuran tidak begitu optimal karena efek hujan yang masih turun, sehingga penjemuran yang semestinya hanya 1 Minggu kini bisa 2 Minggu, 3 Minggu, bahkan satu bulan. Semisal jam 8.00 WIB sudah mulai dijemur, kemudian saat ini jam 11.00 WIB sudah ditutup lagi karena cuaca hujan,” ucapnya.

Hasil sekali cetakan batu bata sangat tergantung dengan kondisi iklim dan cuaca. Ketika cuaca panas dan berangin sehari Asnafi Atin mampu mencetak setiap hari dan sehari ia mampu mencetak lebih dari sekali.

“Lahan disini bisa menampung 300 biji. Ketika musim kemarau saya bisa mencetak batu bata setiap hari, namun ketika musim penghujan seperti sekarang ini hanya bisa mencetak 2 hari sekali, atau 3 hari sekali,”ujarnya.

Batu bata mentah yang sudah dihasilkan akan dikirim ke pengepul untuk dijual atau dijadikan batu bata matang. Pengiriman saat ini mengalami penurunan drastis karena efek cuaca hujan.

Asnafi Atin satu bulan dapat mengirimkan batu bata mentah miliknya ke pengepul dengan jumlah 10.000 sampai 12.000 biji, sedangkan saat musim penghujan mengalami penurunan.

“Saat musim penghujan seperti ini hanya dapat 1.200 biji tidak sampai 3.000 biji satu bulannya,”ungkapnya.

batu bata yang belum sepenuhnya kering akan mengalami keretakan, maka batu bata tidak dapat digunakan. Batu bata tersebut akan diolah kembali atau dicetak ulang.

Sementara itu, tanah liat yang dibeli Asnafi Atin berasa dari daerah Payak Kecamatan Ngoro dengan harga satu dump truck berukuran kecil seharga Rp 380.000.

Kondisi bahan baku yang memiliki kadar air tinggi masih memerlukan bahan tambahan agar bisa dijadikan bahan baku batu bata.

“Kalau tanah yang lengket atau istilahnya tidak bisa dibentuk karena banyaknya air, maka harus dicampur dengan sedikit pasir-pasir. Jadi 1 truck berisikan tanah, dan 1 truck lagi berisikan pasir,”ucapnya.

Terdapat perbedaan harga antara batu bata mentah dengan batu bata matang. Harga batu bata dihitung per seribu biji. Harga batu bata mentah Rp 230.000.

Berita Terkait