JOMBANG, KabarJombang.com – Meski diterpa pandemi Covid-19, angka stunting di Kabupaten Jombang mengalami penurunan 1 persen dibanding tahun 2019. Yakni dari 18 persen menjadi 17 persen di tahun 2020.
Hal ini diungkap Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Jombang. Vidya Buana. Penurunan angka stunting, menurut Vidya Buana, tak lepas dari gencarnya kampanye pencegahan stunting yang dilakukan Dinkes ke 21 Kecamatan di Jombang.
“Intinya stunting itu bagaimana seorang ibu memiliki asupan gizi yang bagus. Gizi bagus tidak harus makanan yang mahal, bahkan dengan ikan-ikan laut juga sudah tercukupi. Kami, melalui tenaga kader ataupun tenaga kesehatan, terus melakukan pendampingan dan pemantauan,” ungkap Vidya saat ditemui ruang kerjanya, Jumat (7/8/2020).
Vidya Buana menambahkan, Dinkes akan selalu mereview dan mengupayakan agar tidak terjadi kesalahan dan berpengaruh pada anak, yang seharusnya tidak stunting menjadi stunting. Utamanya, lanjut Vidya, dengan cara pengukuran. Karena kemungkinan di awal, para kader bisa saja ada kekeliruan dalam melakukan pengukuran.
“Dinkes juga melakukan penambahan pengadaan-pengadaan seperti susu untuk Ibu hamil, sirup, zink, vitamin C untuk batita stunting, yang akan disalurkan ke 10 Puskesmas. Dengan kasus stunting tertinggi di atas angka 23 persen di Jombang, yang kemudian akan dievaluasi,” katanya.
Kasus stunting tertinggi di Jombang, papar Vidya, terdapat di lima daerah yaitu Plandaan, Mayangan dan Jarak Kulon Kecamatan Jogoroto, Kabuh, dan Blimbing Kecamatan Kesamben.
“Harapannya, Dinkes tetap bisa mengawal dengan baik, dan tidak akan terjadi peningkatan untuk kasus stunting,” pungkasnya.
Terpisah, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Jombang, dr Iskandar Zulkarnain menjelaskan, Stunting merupakan kegagalan tumbuh anak (pertumbuhan tubuh dan otak) akibat kekurangan gizi.
Ini diakibatkan kurangnya pemahaman seseorang atau ibu mengenai asupan gizi yang harus tercukupi dimulai sejak masa kehamilan. Karena saat kondisi ibu hamil, akan berpengaruh terhadap proses melahirkan nantinya.
dr Iskandar menekankan, salah satu solusi agar dapat diketahui tumbuh kembang bayi dalam keadaan baik, maka saat ibu sedang hamil, harus sering-sering melakukan pemeriksaan.
“Jika dalam situasi pandemi seperti saat ini, pemeriksaan tidak harus di RS, dokter, Puskesmas ataupun klinik, tetapi bisa juga dilakukan di lingkungan terdekatnya seperti Posyandu,” ujar Direktur RSUD Ploso ini saat ditemui di kediamannya, Kamis (6/8/2020).
Kualitas asupan gizi saat hamil, lanjutnya, akan mempengaruhi kondisi bayi mulai usia 0 – 6 bulan, 7-11 bulan, dan 12-24 bulan.