JOMBANG, KabarJombang.com – Saat memasuki lingkungan SMPN 3 Mojoagung, entah mengapa suasananya sangat sejuk dan rindang. Kualitas udara dan penataan lingkungan di sekolah ini sangat diperhatikan. Hal tersebut dilakukan karena memang bukan tanpa alasan, sekolah ini punya komitmen yang tinggi untuk mewujudkan sekolah yang bersih dan sehat melalui program adiwiyata.
Bagi SMPN 3 Mojoagung, Adiwiyata bukan hanya sebuah program, tetapi juga sebuah budaya. Sekolah ini berusaha menanamkan jiwa Adiwiyata kepada seluruh siswa hingga para guru.
“Tantangan kami ke depan ini adalah membawa warga sekolah terutama bapak ibu guru dan siswa untuk menuju Adiwiyata mandiri. Jadi level tertinggi sekolah Adiwiyata adalah Adiwiyata mandiri. Dan tahun ini kami akan berusaha menuju adiwiyata mandiri,” terang Drs. Zainul Arifin, Kepala SMPN 3 Mojoagung.
Akan tetapi ia berterus terang, hal tersebut tidak muda, pihaknya terus berkali-kali melakukan pendampingan ke siswa serta membiasakan siswa untuk membuang sampah pada tempatnya, menjaga kebersihan, serta kesehatan.
Bapak ibu guru juga diwanti-wanti untuk tidak bosan, supaya terus mendampingi siswa dalam menciptakan pola hidup yang bersih dan sehat. Karena inti adiwiyata itu adalah lingkungan sekolah yang bersih dan sehat.
Beberapa program yang pernah dilakukan di sekolah yang punya nama lain Spigma ini, misalnya makan bersama, dengan menu 4 sehat 5 sempurna. Program tersebut dilakuakn tiap 1 bulan sekali secara bersamaan, seluruh siswa dikumpulkan di lapangan guna melakukan makan bersama dengan bapak ibu guru.
“Tujuanya adalah untuk memantau apakah orang tua dari peserta didik kami mendukung program tersebut apa tidak. Karena program makan bersama, dimana disana ada peran orang tua yang harus menyiapkan asupan menu makanan kepada anaknya yang harus memenuhi unsur 4 sehat 5 sempurna,” jelas Drs. Zainul Arifin.
Kemudian masalah kebersihan, di sekolah ini sudah disiapkan tempat sampah di masing-masing kelas, dengan pemisahan 3 jenis sampah, yakni sampah plastik, kertas,dan sampah dedaunan. Yang menarik disini ada semacam polisi sampah atau penegak disiplin terkait kebersihan dari para siswa.
Jadi ada plastik atau sampah yang berserakan di lingkungan sekolah, itu mereka yang akan mengambili dan menertibkan. Ia menegaskan, kebersihan di sekolah ini menjadi komitmen bersama seluruh warga sekolah.
“Kemudian untuk menuju adiwiyata mandiri, Alhamdulillah sekali saya tidak bisa berbuat apa-apa tanpa dukungan stakeholder semuanya yang terlibat, dukungan penuh dari bapak ibu guru juga sangat besar. Mereka sangat, antusias, dan komitmen untuk mewujudkan SMPN 3 Mojoagung menjadi sekolah Adiwiyata. Harapan saya ke depan sebenarnya Adiwiyata bukan tanggung jawab pribadi tapi tanggung jawab kita bersama,” ungkap Kepala SMPN 3 Mojoagung.
“Terkait dengan budaya dan lingkungan, sekolah kita sudah tertata sedemikian rupa sehingga suasana di sini sangat rindang dan sejuk. Poin utama sekolah adiwiyata adalah sekolah yang bersih dan sehat, untuk masalah kesehatan siswa, kita bekerjasama dengan Puskesmas Gambiran untuk memantau kesehatan serta gizi anak-anak,” lanjutnya.
Ia mengatakan, minimal 3 bulan sekali tim dari Puskesmas Gambiran selalu mengecek kesehatan anak-anak dari segala unsur, mulai dari darah, mata, gigi, hingga gizi, dan sebagainya. Mereka juga selalu memberikan tablet tambah darah secara gratis khususnya bagi siswi yang mengalami haid, sehingga itu bisa membantu untuk menyuplai darah supaya bisa normal lagi.
“Dalam proses menuju adiwiyata mandiri, yang awalnya dari tingkat kabupaten, provinsi, dan sekarang nasional. Sekarang tantangan kami adalah membumikan adiwiyata, bagaimana caranya menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat,” ujarnya.
“Sekolah kita juga pernah mendapat penghargaan sekolah sehat, yakni berupa mengirimkan video terkait penerapan sekolah sehat yang ada di SMPN 3 Mojoagung. Dari upaya tersebut Alhamdulillah kami mendapat apresiasi dari Kemendikbudristek dengan berhasil memperoleh peringkat 7 terbaik tingkat nasional pada jenjang SMP dari ribuan peserta di seluruh Indonesia,” tuturnya.
Kemudian di sekolah ini pemanfaatan barang-barang bekas berjalan dengan sangat baik, salah satunya adalah pemanfaatan botol plastik bekas dijadikan vas bunga, hiasan, dinding, dll. Bahkan dari sampah-sampah yang bisa dimanfaatkan untuk membuat baju dan di fashion show kan. Sebagai wujud mendukung program sekolah adiwiyata dengan tema gaya hidup berkelanjutan.
“Sebagai sekolah yang fokus pada lingkungan sudah seharusnya bisa memanfaatkan barang-barang bekas menjadi sesuatu yang bernilai salah satunya yakni membuat baju-baju fashion show tersebut. Tujuanya adalah ingin membumikan supaya jiwa adiwiyata tertanam kepada diri anak-anak,” tandasnya.
“Kita juga punya kegiatan membuat jamu tradisional dari tumbuh-tumbuhan seperti sari mengkudu, kunyit asem, dan lain sebagainya. Yang diproduksi di sekolah dengan dampingan para fasilitator dan hasil produknya bisa untuk dikonsumsi maupun di jual,” imbuhnya.
Ia mengatakan, pada peringatan hari sampah kemarin sekolahnya mengadakan kegiatan peduli lingkungan yang diikuti oleh seluruh siswa. Dengan membersihkan sampah di jalan-jalan sampai masuk ke sungai sepanjang puluhan meter.
David Alfianto,S.Pd, selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan menjelaskan, Selain fokus pada lingkungan, sekolahnya juga berusaha memberikan bekal dan wadah bagi anak-anak yang kreatif dan mau belajar.
“Di sekolah ini ada semacam belajar jadi wartawan, dari membuat mini redaksi, dapur produksi, sampai publikasi. Anak-anak diajari cara wawancara, kemudian berbicara di depan kamera, sampai editing dan siap untuk dipublikasikan,” katanya.
“Kami berusaha mewadahi ide serta inovasi-inovasi dari anak-anak, termasuk membuat video pendaftaran dengan cara kreatif yang sesuai dengan perkembangan trend di media sosial,” tambahnya.
Salah satu yang menarik mata di sekolah ini selain suasana lingkungan yang rindang. Terlihat banyak hiasan-hiasan dan pernak-pernik yang memanjakan mata dari daur ulang barang-barang bekas.
Mulai dari gantungan-gantungan hingga tulisan I Love Spigma yang berkonsep Ecobrick, yakni cara yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan kelebihan plastik dan memanfaatkan sifatnya yang memiliki daya tahan kuat, usia yang panjang, dan mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
“Jadi botol kosong di isi dengan sampah-sampah, terutama sampah plastik yang di padatkan kemudian di tata hingga menyerupai bentuk ataupun tulisan,” pungkasnya.