JOMBANG, KabarJombang.com – SMA Negeri Ploso telah menjalankan kurikulum merdeka yang mengedepankan kebhinekaan dalam membudayakan siswa sehingga menumbuhkan budaya saling menghormati antar agama.
Budaya tersebut sudah berlangsung lama, sehingga tertanam di hati untuk saling peduli satu sama lain meskipun ada perbedaan agama, budaya, ras dan etnik di warga SMA Negeri Ploso.
Kepala Sekolah SMA Negeri Ploso, Drs. NUR HIDAYAT, M.Pd. mengatakan, sebelum adanya kurikulum merdeka, budaya saling menghormati antar agama juga sudah dibudayakan sejak dulu oleh warga sekolah SMA Negeri Ploso.
“Dari kalangan guru hingga peserta didik selalu menghargai peringatan hari agama yang ada di Indonesia ini. Meskipun mayoritas warga SMA Negeri Ploso beragama Islam, namun hal tersebut tidak memandang beda akan perbedaan agama yang dimiliki oleh beberapa peserta didik yang beragama lain,” ucapnya.
Hal itu menyebabkan lingkungan yang baik bagi warga sekolah, sehingga tidak ada perundungan baik oleh guru maupun teman sebaya terkait perbedaan yang ada di setiap individu.
Moderasi beragama di SMA Negeri Ploso ini juga didukung dengan beberapa kegiatan yang ditunjang dalam pelayanan yang ada di sekolah melalui ekstrakulikuler dan kegiatan spiritual lain yang selalu ditanamkan kepada peserta didik.
Lebih lanjut, dalam konteks aqidah dan hubungan antar umat beragama, moderasi beragama merupakan meyakini kebenaran agama sendiri “secara radikal” dan menghargai, menghormati penganut agama lain yang meyakini agama mereka, tanpa harus membenarkannya.
“Melalui kegiatan ekstrakulikuler seperti paskibra, pramuka, musik, jurnalis, PMR, rohis, teater, karawitan dan ekstrakulikuler keolahragaan seperti basket, voli, dan futsal,” katanya.
Peserta didik ditanamkan untuk memilih kegiatan yang mereka sukai sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki tanpa membedakan agama. Serta selalu menerapkan budaya moderasi beragama dalam setiap kegiatan yang diadakan oleh ekstra tersebut.
Tidak hanya berupa kegiatan, untuk menunjang kegiatan moderasi beragama peserta didik juga diajak untuk melakukan kegiatan sosial seperti kepedulian sekolah terhadap peserta didik yang kurang mampu sudah dibiasakan sejak penerimaan peserta didik baru di SMA Negeri Ploso,” katanya.
Selain itu, ada juga bantuan yang diberikan sekolah kepada peserta didik yang kurang mampu bertapa santunan selama mereka menyelam pendidikan di SMA Negeri Ploso.
“Kegiatan ini selalu dijalankan dari awal peserta didik tidak mampu itu datang hingga mereka lulus dari SMA Negeri Ploso,” jelasnya.
Santunan ini juga tidak memandang peserta didik tersebut berstatus agama apa, melainkan diperuntukkan bagi peserta didik yang benar-benar membutuhkan untuk meringankan biaya pendidikan mereka.
“Kegiatan sosial lainnya yang diadakan satu tahun sekali seperti khitanan masal dan santunan fakir miskin yang diperuntukkan bagi masyarakat sekitar SMA Negeri Ploso,” ujarnya.
Dampak positif yang diberikan dalam kegiatan sosial ini memberikan efek yang signifikan untuk peserta didik agar tetap semangat menggapai mimpi serta cita-cita mereka untuk masa depan yang gemilang.
Lingkungan yang asri dan sehat, juga salah satu penunjang siswa dalam menggapai mimpi dan cita-cita mereka.
Orang tua peserta didik dituntut selektif dalam memilih lingkungan sekolah yang baik bagi anak kesayangan mereka.
Sekolah yang memperhatikan kebersihan dan kesehatan lingkungan memiliki efek positif bagi kesehatan anak. Katanya lebih lanjut, sekolah yang memiliki konsep lestari dengan mengedepankan kehijauan dan kesehatan lingkungan, tentu akan menciptakan siswa yang lebih sehat.
Lingkungan yang sehat juga bisa menciptakan generasi bangsa jauh lebih cerdas, menumbuhkan pribadi cinta lingkungan, memiliki efek pembelajaran yang nyaman, cegah alergi yang disebabkan oleh udara, dan dapat menurunkan tingkat stres di lingkungan warga SMA Negeri Ploso.
“Konsep-Konsep itulah yang dibudayakan untuk mewujudkan sekolah dami di lingkungan SMA Negeri Ploso,” pungkasnya.