JOMBANG, KabarJombang.com – Godong Kembang Ploso Cacah Pitu (Gobangso 7), sebuah icon dari SMPN 1 Ploso yang memiliki arti tujuh kelopak bunga dari pohon palasa atau orang jawa biasa sebut pohon ploso. Tujuh atau dalam bahasa jawa pitu, mempunyai makna filosofi pitulungan (pertolongan) dari yang maha kuasa. Suryani, selaku Kepala SMPN 1 Ploso mengatakan, pihaknya sengaja mengambil godhong kembang palasa (ploso), karena sekolahnya berada di Kecamatan Ploso yang notabenenya dulu wilayah ini merupakan hutan ploso. Jadi pitu itu, menurutnya diambil dari bahasa jawa dengan filosofi pitulungan dari yang maha kuasa.
“Dengan harapan, supaya tiga elemen yang terkait di sekolah, yakni sekolah, siswa, dan masyarakat itu bisa berhubungan secara baik dan menghasilkan simbiosis mutualisme, dengan kearifan lokalnya,” ungkapnya saat dikonfirmasi pada Rabu (30/10/2024). Gobangso 7 menurut Suryani, awalnya merupakan salah satu dari tema dari Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang sudah berjalan sejak tahun 2022. Oleh karena itu pihaknya sengaja mengambil godhong kembang ploso (Gobangso 7) sebagai identitas sekolahnya dengan tema gaya hidup berkelanjutan yang dikemas dalam desain batik gobangso 7 tersebut.
“Jadi baju batik anak-anak kita dan juga identitas SMPN 1 Ploso diambil dari motif batik gobangso 7 ,yang berbeda dengan motif batik Jombangan. Yang dipakai setiap hari Rabu dan Kamis. Dan gobangso 7 saat ini telah menjadi icon dari SMPN 1 Ploso,” ujar Suryani. Suryani mengatakan, batik gobangso tersebut kemudian dilanjutkan dengan kegiatan kewirausahaan melalui proses produksi dalam bentuk sablon yang dikerjakan siswa kelas 7. Lalu bentuk printing siswa kelas 8, dan rekayasa teknologi desain yang dilakukan siswa kelas 9.
“Hasil dari karya anak-anak itu tadi selanjutnya dituangkan dan di adaptasi menjadi seragam batik yang dipakai oleh anak-anak sendiri, maupun di acara-acara kebesaran. Kegiatan ini rutin kami lakukan selama satu tahun sekali,” terangnya. Melihat potensi yang dimiliki siswa-siswinya dalam produksi batik, pihak sekolah berinisiatif untuk memfasilitasi mereka. Pihak merekapun mulai membelikan pres untuk pembuatan batik, agar mempermudah proses produksi. Dengan dukungan ini, diharapkan siswa dapat lebih leluasa dalam berkreasi dan meningkatkan kualitas produk batik yang dihasilkan.
Selain itu, dari segi upaya pelestarian kesenian dan budaya asli Jombang, sekolah yang memiliki sebutan Spijiso tersebut punya extra kesenian khas Jombang. Yakni besutan, tari remo, dan karawitan yang pernah tampil di Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI (Jawa Timur),Trowulan, Mojokerto dan Jombang Culture Carnival dalam rangkaian Jombang Fest. “Sebagai bagian dari pelestarian budaya, kami merasa penting untuk mengenalkan kesenian asli Jombang kepada generasi muda. Melalui tari remo dan kesenian lainnya, kami berharap siswa tidak hanya mengenal tetapi juga mencintai warisan budaya daerah mereka,” harap Suryani.
Di samping itu, SMPN 1 Ploso juga memiliki ekstra jurnalistik yang sangat bermanfaat bagi siswa. Kegiatan ini memberikan wadah bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan menulis atau mengolah dan melaporkan informasi atau peristiwa, sehingga mereka dapat lebih memahami dinamika masyarakat dan isu-isu terkini. “Ekstra jurnalistik ini bukan hanya mengasah keterampilan menulis ataupun mengedit gambar dan video, tetapi juga meningkatkan rasa kepedulian siswa terhadap lingkungan sekitar. Kami berharap, melalui kegiatan ini, siswa bisa menjadi jurnalis yang peka dan informatif,” tutup Suryani.