Pabrik Pengolahan Limbah Telur di Perak Jombang Timbulkan Bau Menyengat, Warga Lakukan Aksi Protes

Foto : Perwakilan warga dusun Bangle, Sukorejo, Perak, yang terkena dampak dari bau menyengat yang di timbulkan oleh pabrik pengolahan limbah.
  • Whatsapp

JOMBANG, KabarJombang.com – Puluhan warga Dusun Bangle, Desa Sukorejo, Kecamatan Perak, Jombang, menggelar aksi protes di depan pabrik pengolahan limbah telur yang berada di Dusun Temon Desa Temuwulan, Kecamatan Perak, pada Sabtu (21/9/2024) sore.

Kedatangan mereka dipicu oleh keluhan terkait bau busuk yang diduga berasal dari proses pengolahan limbah di pabrik tersebut, yang digunakan sebagai pakan ikan lele.

Baca Juga

Pabrik tersebut menurut warga telah mencemari udara dengan menimbulkan bau menyengat serta mengganggu pernafasan. Terutama saat malam hari waktu pabrik tengah menjalankan prosesya dengan mengolah limbah telur.

Ketegangan sempat terjadi di lokasi saat warga ingin masuk untuk melihat langsung proses pengolahan. Dalam pertemuan itu, para warga menyampaikan protes mengenai bau menyengat yang sudah mereka alami selama beberapa bulan terakhir.

Ketua RW 1 Dusun Bangle, Handoyo, menjelaskan bahwa dampak bau tersebut sangat mengganggu aktivitas sehari-hari masyarakat. Menurutnya, warga sudah merasakan dampak ini cukup lama, dan kesabaran masyarakat sudah habis.

“Kami sudah merasakan dampak ini cukup lama. Bau yang dihasilkan saat proses pengolahan limbah sangat menyengat, terutama di malam hari,” ungkap Handoyo saat diwawancarai oleh para wartawan.

Ia menambahkan, bahwa air limbah dari pabrik tersebut mengalir ke saluran irigasi sawah di desanya, yang menyebabkan petani mengalami gatal-gatal dan sangat menganggu.

Saddam Arafat, seorang perangkat desa menambahkan bahwa beberapa dusun lain di Desa Sukorejo, seperti Dusun Tronyok dan Pedes, juga terdampak oleh aktivitas pabrik tersebut.

“Kami telah menerima banyak keluhan dari masyarakat, dan kami sudah beberapa kali menyampaikan hal ini kepada pihak pabrik. Namun, hingga saat ini mereka belum ada solusi yang memadai.” ujarnya.

Menurutnya, pabrik pengolahan limbah telur itu telah beroperasi selama tiga tahun. Warga merasa sudah tidak tahan lagi dengan bau yang menyebar, sehingga mereka memutuskan untuk mendatangi pabrik secara langsung, guna meminta solusi dan pertanggung jawaban yang kongkrit.

Saddam menyampaikan, saat ini warganya berharap agar janji pemilik pabrik tidak hanya sekadar ucapan, melainkan diikuti dengan tindakan nyata. Mereka juga meminta agar ada perjanjian tertulis sebagai bentuk komitmen pabrik dalam menangani masalah ini, supaya keberlangsungan aktivitas pabrik tidak lagi mengganggu kehidupan sehari-hari masyarakat.

Sementara itu pemilik pabrik, Heri Purnomo, dalam menanggapi keluhan masyarakat tersebut, mengaku berjanji akan melakukan perbaikan dalam pengelolaan limbah. Ia menyatakan akan menambah lubang resapan untuk membantu mengurangi bau yang sangat menyengat dan mengganggu masyarakat tersebut.

“Saya berjanji untuk menambah lubang resapan lagi. Saat ini sudah ada dua lubang, tetapi saya merasa itu masih kurang. Kami akan segera melaksanakan perbaikan ini,” terang Heri.

Heri menjelaskan proses pengolahan limbah telur yang dilakukan, di mana telur dihancurkan, cangkangnya dipilah, dan cairannya dimasak sebelum diberikan sebagai pakan lele.

Ia mengklaim bahwa bau yang dihasilkan selama proses tersebut masih dalam batas toleransi, mengingat pabrik telah beroperasi selama tiga tahun tanpa keluhan yang signifikan di tahun-tahun awal.

“Adanya bau itu karena timbul proses pemasakan tadi. Bau masih diambang toleransi, nyatanya sudah berjalan tiga tahun. Kalau memang mengganggu kan harusnya sudah tahun-tahun pertama,” pungkasnya.

Berita Terkait