JOMBANG, KabarJombang.com – Lansia 71 tahun di Jombang hanya hidup berdua dengan cucunya dengan kondisi atap rumah yang roboh.
Ia adalah Choirul Abidin (71) warga Dusun Tanjunganom, Desa Bulurejo, Kecamatan Diwek, Jombang. Ia hanya tinggal berdua dengan cucunya di rumah yang kondisinya sangat memprihatikan.
Kondisi rumahnya sudah tidak layak huni, genteng atap rumahnya mulai roboh bahkan bisa langsung melihat langit. Choirul tidur hanya beralaskan banner bekas dan banyak kapuk yang sudah lusuh.
Choirul dulunya bekerja sebagai penjual es janggelan di salah satu halaman Sekolah Dasar (SD). Namun sekarang ia sudah tidak bekerja karena usianya yang sudah renta dan sakit-sakitan.
“Sudah tua badan saya sering gemetar. Sehari-hari hanya tidur saja tidak bisa berbuat apa-apa,” ucapnya saat dikonfirmasi pada Senin (3/6/2024).
Untuk makan sehari-hari ia dengan tubuh tuanya itu hanya mengandalkan hantaran yang diberikan oleh tetangga sekitar dan juga bantuan yang diberikan oleh pihak desa. “Kadang ada tetangga yang mengantar makanan ke rumah,” ujarnya.
Ditanya apakah pernah mendapatkan bantuan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jombang, ia menuturkan selama ini belum pernah tersentuh bantuan apapun dari kabupaten. “Belum pernah,” singkatnya.
Choirul tinggal di rumah hanya bersama cucunya. Istrinya telah meninggal sudah lebih dari 5 tahun. Dari pernikahannya, Choirul dikaruniai satu anak dan saat ini anaknya bekerja di Malang.
Sudah satu tahun lebih atap rumahnya roboh. Mirisnya, rumah yang ia tinggali itu sebagian sudah ia jual. Bagian depan dan belakang sudah dijual, sedangkan ia hanya tinggal di bagian kamar dengan ukuran 3×4 meter saja.
Kondisi kamarnya pun tidak layak. Genteng di atap roboh sehingga, jika hujan ia harus berlindung dari dingin dan derasnya angin.
Sementara itu menurut Muhammad Gufron (50) Ketua RT Dusun Tanjunganom, Desa Bulurejo, Kecamatan Diwek, Jombang mengatakan, kondisi rumah yang ditinggali Choirul ini memang sudah satu tahun lebih mengalami kerusakan.
Terpantau, atap bagian depan rumah sudah roboh setengah, dan kamar yang ditempati Choirul gentengnya juga sudah berjatuhan.
“Selama ini memang belum pernah tersentuh bantuan dari pemerintah kabupaten. Kalau bantuan Dana Desa (DD), Bantuan Sosial (Bansos) dan sebagainya sering dapat,” katanya.
Namun, bantuan yang diterima Choirul itu hanya untuk cukup digunakan makan dan minum sehari-hari. Terkadang untuk membantu, tetangga sekitar juga bergantian menghantarkan makanan ke Choirul.
“Pak Choirul ini tinggal sama cucunya. Anaknya ini ada di malang kerja. Jadi cucunya dititipkan ke pak Choirul,” jelasnya.
Ia menuturkan, selama ini memang sangat jarang bantuan dari kabupaten untuk rehabilitasi rumah Choirul. Pihaknya mengaku sudah mengusahakan berbagai upaya untuk membantu Choirul namun selalu menemui kendala.
“Karena kondisi rumahnya ini kan sebagian sudah ada yang dijual. Dan bagian rumah yang rusak itu, sekarang milik orang lain. Pak Choirul ini kan tinggal di rumah tersebut namun di kamar saja, karena kamar itu yang belum di jual. Nah niat kami untuk membantu minimal kalau rehab hanya bagian kamar saja,” ungkapnya.
Ia juga berharap kedepan pemerintah kabupaten bisa tanggap untuk membantu Choirul di masa tuanya. Kalaupun nanti tidak ada bantuan, ia beserta masyarakat akan swadaya untuk membantu rehab tempat tinggal Choirul.
“Swadaya yang bisa kami (masyarakat) berikan hanya berupa tenaga. Kalaupun nanti ada elemen bangunan lain yang tidak dipakai di rumah warga bisa dibuat membantu pak Choirul,” pungkas Gufron.