JOMBANG, KabarJombang.com – Bau sampah sangat menyengat, gunungan sampah menjulang tinggi, alat berat dan truk pengangkut sampah begitu menakutkan, 150 ton sampah masuk setiap harinya.
Sampah se-Kabupaten Jombang terkumpul menjadi satu, kondisi bertambah parah ketika hujan tiba, sampah bercampur air menjadi sangat mengerikan.
Namun siapa sangka, di balik Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Banjardowo, Jombang, terdapat para pencari nafkah yang sudah bertahun-tahun hidup dari tumpukan sampah tersebut. Mereka mencari barang yang masih bisa untuk dijual ataupun dimanfaatkan.
Bandi, menyusuri celah-celah gunungan sampah yang merupakan sumber rezekinya. Setiap langkahnya ia jalani dengan iklash hati demi dapur di rumah yang terus mengepul. Sebuah kisah hidup yang terukir di antara bau tidak sedap dan panorama yang tak terbayangkan.
Urusan ekonomi memang tidak bisa ditawar, mereka tidak mempedulikan kondisi yang membahayakan dirinya sendiri. Bahkan karena sudah terlalu sering hidup di gunungan sampah, mereka sudah merasa seprti biasa saja.
Bandi, salah satu pemulung di TPA Banjardowo, mengungkapkan kalau ia setiap hari dari pukul 06.30 WIB sampai 16.00 WIB, berada di tempat tersebut guna mengumpulkan pundi-pundi rupiah.
“Sudah 31 tahun saya berada disini bersama istri. Saya mencari barang yang masih bisa dijual, seperti kertas, botol plastik, gelas plastik, dan sebagainya untuk dijual ke pengepul,” ungkap pria asli Banjardowo tersebut.
“Saya menyadari mencari rezeki di tempat seperti ini memang sangat berbahaya, tapi inilah cara saya mencari nafkah untuk anak-anak dan istri,” ujar Bandi dengan senyumnya yang tulus.
Dalam 1 Minggu Bandi bisa mengumpulkan uang sejumlah Rp 300.000 sampai Rp.400.000. Dari tumpukan sampah yang masih bisa dimanfaatkan.
Kondisi tersebut lebih mengerihkan apabila hujan tiba. Karena bau sampah menjadi lebih menyengat, tapi karena ia dan kawan-kawanya sudah terbiasa berada di tempat tersebut, maka kondisi seperti itu sudah menjadi makanan sehari-harinya.
Sementara banyak orang mungkin hanya melihat gunungan sampah sebagai tempat pembuangan. Bagi Bandi dan kawan-kawanya, itu adalah medan tempur yang tak terelakkan. (Kevin Nizar)