JOMBANG, KabarJombang.com – Banyak cara menyampaikan kegelisahan. Salah satunya bisa dengan Open Mic di Komunitas Stand Up Comedy Jombang.
Komunitas Stand Up Comedy Jombang ini sudah bergerak untuk mengocok perut masyarakat Jombang sejak beberapa tahun lalu.
Mereka kerap aktif untuk membagikan aktivitasnya seperti Open Mic maupun Sharing materi di akun media sosial komunitasnya.
Menurut Widha Andrea, Ketua Stand Up Comedy Jombang, komunitasnya ini memang aktif untuk berbagi keluh kesah bersama masyarakat, tapi tetap disampaikan dengan komedi.
“Jadi memang kami terbuka untuk semua masyarakat yang ingin gabung ke komunitas, kita bisa belajar bareng di komunitas ini. Jadi komunitas ini sebenarnya sudah ada sejak tahun 2011, dulunya itu ada di daerah kolam renang banyu biru terus berpindah pindah lokasinya,” ucapnya kepada KabarJombang.com, Sabtu (20/1/2024).
Komunitas yang setiap dua minggu sekali menggelar open mic ini dulunya sering berpindah-pindah tempat untuk menggelar show.
“Tempat lama kami sering open mic itu pernah di semerbak caffe dan sempat vakum juga karena pandemi. Jadi saat itu tidak ada open mic dan hanya sekedar sharing materi saja,” ucapnya.
Meskipun kerap kali mondar mandir mencari tempat untuk show, namun para pencari tawa masyarakat ini tetap tak patah asa dan terus bergerak serta konsisten.
Sampai hari ini, komunitas ini sudah punya lokasi tetap untuk menggelar acara open mic di Baradaya Caffe yang letaknya di Jl. WR. Supratman No.28, Tugu, Kepatihan, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang.
Saat ini, anggota di komunitas Stand Up Comedy Jombang sendiri sudah mencari 35 orang. “Kalau ada show dan open mic itu sekitar 25 orang karena memang anggotanya banyak juga yang diluar kota,” katanya melanjutkan.
Widha sendiri saat ditanya mengapa tertarik bergabung ke komunitas Stand Up Comedy Jombang ini, karena ia mengaku banyak resah dan gelisah.
“Saya sendiri gabung sekitar 2014 sekitar tujuh tahun sudah berada di komunitas ini.
Saya pribadi kenapa tertarik untuk gabung ke komunitas stand up ini karena banyak keresahan, entah yang saya lihat, dengan dan alami,” ungkapnya.
Dari kegelisahan itu, kemudian otaknya berpikir bagaimana tetap bisa menyampaikan keresahan tersebut dengan cara komedi.
“Dari itulah bagaimana saya tetap bisa menyampaikan keresahan dan tetap tidak meninggal unsur humor. Karena itu saya memilih untuk gabung, karena ingin menyampaikan sesuatu tapi tetap ada unsur komedinya,” jelasnya.
Dalam berkomunitas dan harus mampu tampil didepan masyarakat untuk ‘melucu’ jelas punya tantangan yang berbeda.
“Tantangan untuk ini, dari segi komik kita memang belum ada sosok seperti di kota-kota besar. Kalau di Jombang belum ada sosok seperti itu, kalau kendala di komunitas kita coba untuk buat show seperti di kota-kota besar,” imbuhnya.
Sebab itu, komunitasnya ini sering menggelar show untuk menarik animo masyarakat.
“Jadi kami membuat show itu untuk menarik animo masyarakat untuk menonton stand up komedi ini, dan sampai sekarang ini masih terus berjalan, rata-rata penontonnya setiap sekali show bisa diatas 20 orang bahkan lebih dan itu konsisten,” tuturnya lagi.
Sebagai komik, panggilan untuk seseorang yang menggeluti profesi sebagai Stand Up Comedian juga dibutuhkan intelegensia yang tinggi. Karena, setiap kali show, komik harus membuat materi yang jangka waktu pembuatan materinya bisa sampai berbulan-bulan.
“Tips untuk lucu kalau dari saya, yah sering-sering meningkatkan sense of humor, nongkrong, baca buku, intinya menambah kosa kata,” ucapnya lagi.
“Kalau kami dari komik pasti menulis materinya yah, observasi membuat materi kalau buat jadi materi utuh biasanya bisa sampai bulanan. Setiap komik beda, kalau saya pribadi satu materi yang durasinya 5 menit itu buat materinya hampir satu bulan,” pungkasnya.