JOMBANG, KabarJombang.com – Momentum hari kesaktian Pancasila masih terasa. Dimana, kelompok anak muda di Kabupaten Jombang duduk bersama merefleksikan makna Pancasila di era modern di Nest Cafe, Jombang, Kamis (5/10/2023).
Agenda yang dikemas dalam Ngopi Kebangsaan bersama Barikade Gus Dur Jombang dalam rangka memperingati Hari Kesaktian Pancasila 01 Oktober 2023 yang mengangkat tema Pancasila, Ideologi dan Realisasi ini juga dihadiri perwakilan petinggi pencak silat se Jombang dan kaum milenial.
Wakapolres Jombang, Kompol Hari Kurniawan dalam paparannya menyebut ketika nilai Pancasila semakin luntur, maka potensi kerawanan bagi bangsa Indonesia besar. Ketika bicara integritas, Pancasila itu sudah luar biasa.
“Kita semua harus memupuk nilai Pancasila, yakni nilai ketuhanan, kemasyarakatan, persatuan. Tentunya, yang mana para founding father mendirikan Pancasila ini sangat rasional,” ucapnya kepada para audiens yang hadir di lokasi.
Ia menyebut jika Indonesia ini negara unik dan besar, bahasa ratusan, tentunya jika tidak di kelola dengan baik, tidak di landasi dengan nilai kebangsaan, maka arti dari negara Indonesia akan terkoyak.
Dengan adanya globalisasi jelas berpengaruh. Pancasila ini perekat kesatuan. “Perbedaan itu indah, bukan menimbulkan masalah, dan itu harus kita pegang. Jika bicara Jombang, ada Ijo ada Abang, kompleks dan kita harus tetap menghormati nilai-nilai Pancasila itu,” katanya.
“Kita ingat, pada tanggal 30 September ada peristiwa yang membekas yang tidak bisa kita lupakan. Dan tanggal 1 Oktober kemarin juga merupakan hari bersejarah yang harus selalu kita ingat dan ambil makna sejarahnya,” lanjutnya.
Ia juga menyinggung perihal adanya orang-orang yang ekslusif dan menutup diri.
“Saat ini sudah banyak orang-orang yang ekslusif, dan menutup diri, merasa mereka yang paling baik. Ini merupakan sinyal, bahwa kita harus berpikir bersama. Seperti contohnya pencak silat, hal itu harusnya bisa menjadikan lahan persatuan,” ujarnya.
Katanya, Jombang sangat terkenal dengan kesantunan, santrinya, jangan sampai menciptakan nilai-nilai yang tidak baik.
“Jika kembali ke Pancasila, kok bisa merawat, menahkodai, ribuan bahasa, ratusan suku, menyikapi jika ada perilaku disintegrasi bangsa. Diskusi Pancasila ini jangan sampai putus di sini. Rawat toleransi dan saling menghargai, kita berdiri dari beragam suku bangsa,” ungkapnya.
Sementara itu, perwakilan Bakesbangpol Jombang, Syamsul Huda mengatakan ia hadir untuk mengajak diskusi dan merefleksikan makna Pancasila.
“Saya disini hadir untuk urun rembuk saja, merefleksikan kembali bagaimana niatan para pendiri bangsa, bagaimana para pendiri berdarah-darah memperjuangkan kemerdekaan Bangsa Indonesia. Sedikit refleksi ke belakang. Ketika tentara jepang, sudah akan kalah di perang dunia kedua. Para pemimpin kita, terutama yang senior, bung Karno, Hatta, dipanggil ke pusat pemerintahan Jepang,” katanya.
“Mereka diberikan janji bahwa pada tanggal 24 Agustus jepang berjanji akan memberikan kemerdekaan, maka dari itu dibentuklah PPKI Dengan kesadaran penuh di sidang pertama, kondisi itu disikapi dengan landasan negaranya apa yang bisa untuk merawat,” imbuhnya.
Sebenarnya banyak usulan dari ide landasan negara apa yang dipakai. Pada tanggal 1 Juni, bung Karno, langsung memberi nama itu Pancasila. “Di ilhami dari temannya yang ahli bahasa, Panca itu lima dan Sila itu dasar. Ditutup dan belum final sehingga dibentuklah tim 9 untuk merumuskan beberapa masukan,” tukasnya.
Kemudian pada tanggal 22 Juni, rumusan itu disepakati oleh tim 9 yang kita kenal sebagai piagam Jakarta.
Dalam perkembangan berikutnya, katanya, setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, dimana pada tahun 1948 kita sedang mengalami serangan agresi militer Belanda, ada kejadian lain yang waktu itu saudara kita yakni dari PKI melakukan gerakan yang dikenal dengan PKI Madiun.
“Sampai hari ini, dalam praktek ketatanegaraan kita, kadang yang sudah menjadi milik bersama, sekarang sering di klaim oleh beberapa kelompok, artinya ada pengkotak-kotakan,” jelasnya.
“Juga banyak yang kita sadari, saat ini bicara Pancasila nya kencang, tapi dalam kehidupannya dalam ucapan dan tindakan tidak sejalan. Jadi contoh secara musyawarah mufakat, sekarang ada sistem voting, siapa yang suaranya banyak maka itu yang menang, saya rasa itu juga meninggalkan nilai-nilai berdemokrasi,” katanya menambahkan.
Agenda diskusi kebangsaan refleksi hari kesaktian Pancasila ini dimulai pukul 15.00 – 17.00 WIB. Puluhan audiens mulai dari orang tua hingga anak muda.