JOMBANG, (kabarjombang.com) – Warga Dusun Balongrejo Desa Pundong Kecamatan Diwek, mengaku mulai mengalami gatal-gatal dan serangan gangguan pernafasan. Mereka menduga, munculnya penyakit itu tidak lepas dari adanya polusi udara dari pabrik PT SUB (Sejahtera Usaha Bersama) yang beroperasi tidak jauh dari tempat tinggal mereka. Pasalnya, selain mengeluarkan asap, cerobong pabrik pengolahan kayu tersebut juga mengeluarkan debu yang bertebaran di pemukiman mereka.
“Harapan saya, pihak manajemen pabrik menaggapi keluhan warga. Minimal ada perbaikan pengolahan limbah. Sehingga, kampung kami tak dihujani debu lewat cerobong asap. Ini jadinya tangan saya gatal-gatal,” kata Sutini (38), salah seorang warga Dusun Balongrejo Desa Pundong.
Hal senada disampaikan Rodiyah (54) warga lainnya. Selama sebulan terakhir, ia dan warga lainnya mengaku harus menjalani rawat jalan. Hal itu diduga akibat debu dan bau menyengat dari limbah kimia yang berasal dari limbah pabrik.
“Saya sudah periksa ke RS Muhammadiyah. Diagnosa dokter, kami terkena gangguan saluran penafasan. Penyakit ini disebabkan karena buruknya udara yang dihirup setiap hari. Soalnya kalau produksi, bau lem sangat menyengat dan debunya sangat banyak. Maaf, kalau batuk, dahak saya juga berwarna coklat kehitam-hitaman,” sambung ibu empat anak ini.
Sementara, Izarrohman Fadli (28) pemuda setempat menilai, sistem pengolahan limbah di PT SUB sangat buruk. Sebab, selama 4 tahun terakhir, warga selalu disuguhi debu sisa pembakaran yang keluar dari cerobong asap pabrik. Aktivitas pengolahan kayu lapis yang dilakukan PT SUB itu menimbulkan dampak yang negatif terhadap lingkungan sekitar, yakni udara yang bercampur debu dan asap.
“Setiap hari warga menghirup udara yang sudah bercampur debu dan asap pabrik. Namun, PT SUB tidak pernah mau tahu. Apa kami harus nunggu ada korban jiwa dulu baru ditindaklanjuti,” katanya. (aan)