MOJOWARNO, KabarJombang.com – Di Dusun Kwasen, Desa Menganto, Kecamatan Mojowarno, Jombang terdapat sebuah makam yang dikenal kramat. Makam tersebut berada di tengah sawah dusun setempat.
Namun meskipun demikian, makam tersebut menjadi kepercayaan warga setempat sebagai pundennya dusun. Sehingga sampai kini, makam tersebut tetap dijaga seorang juru kunci.
Kepala Desa Menganto, Yunus Ardiansyah mengatakan, berdasarkan cerita rakyat yang berkembang, jika nama sosok punden dusun yang percaya masyarakat tersebut yakni, Patih Nambi atau kerap dikenal Mbah Nambi.
“Beliau ini (Mbah Nambi) sosok pembabat Dusun Kwasen. Jasanya cukup lumayan besar, karena beliaulah yang membuka wilayah ini di zaman dahulu. Ya kalau dulunya, disini hutan banyak pepohonan,” ujarnya kepada KabarJombang.com, Sabtu (20/11/2021).
Tak diketahui maksud dan tujuannya, hanya saja berdasarkan cerita rakyat yang berkembang, Yunus menjelaskan jika makam peninggalan Mbah Nambi sempat hilang tak ditemukan.
“Hal itu terjadi, pasca tragedi (pemberontakan) di tahun 1965 yang lalu. Kemudian dibangun lagi dan dibangun lebih layak lagi seperti ini sekitar kurang lebih pada tahun 2016 lalu,” jelas Yunus Ardiansyah saat ditemui.
Setelah dipercaya masyarakat sebagai punden dusun, Yunus mengaku jika warga setempat seringkali mendengar suara gamelan yang berbunyi sendiri ketika melewati kawasan punden tersebut.
“Ya seperti gong gitu suaranya. Tapi memang dari dulu hingga kini, kalau warga ingin melakukan kegiatan seperti hajatan dan lain-lain itu, mesti ke sini dulu. Ya meminta izin lah pada intinya begitu,” katanya.
Menurut Yunus Ardiansyah, jika dinamakan kawasan situs Pandegong tersebut, setelah terjadinya mitos gong yang berada di kawasan setempat seringkali dimanfaatkan oleh warga.
“Gong itu sebenarnya tidak ada. Katanya dulu kalau warga ingin melakukan hajatan, ya ritual gitu ke sini. Dan nanti bakal ada suara dan diberikan gong atau gamelan untuk digunakan sebagai pengiringnya,” jelas Yunus.
Dari seringkali warga melakukan hal tersebut, sehingga menurutnya dijulukilah situs Pandegong. Nama itu hingga kini masih menjadi kebanggaan warga hingga pada sejumlah pemuda di dusun setempat.
“Masih jadi kebanggaan, buktinya saja kalau warga mengadakan event atau apa gitu ya pakai kostum dengan lambang Pandegong. Karena memang mereka mempercayai bahwa, disini itu punden atau termasuk leluhurnya,” tuturnya.
Pihaknya berupaya agar kawasan setempat tetap dijaga dengan baik, dan dimanfaatkan dengan tujuan yang baik. Hal ini disampaikan agar tidak terjadi peristiwa yang tidak diinginkan kepada dusun maupun warga setempat.
“Kramat ya memang, tapi tidak terlalu mistis lah. Sampai saat ini masih ada, warga yang berziarah atau mengunjungi makam ini. Ya harapannya agar tetap terjaga dengan baik dan tidak melupakan para leluhurnya,” imbuhnya memungkasi.