SUMOBITO, KabarJombang.com – Dusun Balongrejo merupakan salah satu daerah di Desa Badas Kecamatan Sumobito, Kabupaten Jombang. Konon daerah ini didirikan salah satu punggawa asal Kerajaan Kediri.
Adalah Mbah Saikem, sang legenda yang hingga kini makamnya masih terawat dengan baik. Tak bisa dipungkiri, Jombang dulunya memang merupakan salah satu wilayah Kerajaan Kediri. Karena wilayah teritorial yang tak begitu jauh. Tak heran, jika daerah ini punya cerita yang cukup erat dengan Kota Tahu.
Konon dikabarkan bahwa Mbah Saikem merupakan sosok pembabat alas yang diutus dari Kerajaan Kediri untuk menjaga Dusun setempat. Belum diketahui dari tahun berapa, menariknya lagi, Mbah Saikem dibantu oleh sosok yang hingga kini masih menjadi misteri.
Kepala Dusun Balongrejo Desa Badas, Sumobito, Jombang, Ansori mengisahkan sebelum menjadi dusun atau tempat permukiman, Dusun Balongrejo dulunya adalah hanyalah sebatas hutan dan dipenuhi pepohonan yang besar. Namun disuatu hari, datanglah Mbah Saikem atau seringkali dikenal Mbah Ijo untuk melaksanakan tugas dari Kerajaan Kediri.
“Tugasnya yaitu menjaga tanah dusun ini saja. Mbah Saikem sendiri pendatang dari Kerajaan Kediri. Beliau diutus untuk menjaga tanah dusun ini dan menjadi seorang pemimpin. Membabat hingga membuat suatu pekarangan dulu, katanya beliau dibantu dengan selir yang tidak diketahui namanya,” ujarnya kepada KabarJombang.com, Minggu (5/9/2021).
Dalam proses dimulainya pembabatan Dusun Balongrejo, dikatakan Ansori bahwa Mbah Saikem menaruhkan tanda yang berupa batu sebagai tanda perbatasan. Tentunya batu tersebut juga menjadi sejarah titik awalnya Mbah Saikem membabat dusun ini.
“Di Dusun Balongrejo ini adabatu yang katanya namanya itu batu reco, atau batu yang ditaruh oleh beliau sebagai tanda awal membabat hutan dan sebagian tanda perbatasan. Mulai dari arah timur ke barat ujung dusun hingga kembali ke tempat tersebut,” tuturnya saat ditemui.
Setelah berhasil membabat alas, Mbah Saikem memang sengaja menetapkan batu tersebut sebagai tanda perjuangannya dan perbatasan tanah yang dibabat. Selain itu juga agar tetap dijaga dan tidak dirusak.
Sehingga beberapa hari kemudian, datanglah sejumlah orang-orang yang perlahan mulai tinggal di Dusun Balongrejo. Namun tak lama, Mbah Saikem meninggal dunia dan dikuburkan oleh warga setempat di dusun.
“Sejarah ini baru terungkap sekitar 8 bulan yang lalu, setelah dilakukan mediasi di makam Mbah Saikem itu. Dan memang benar di dusun ini ada sebuah batu yang dikenal sangar dan membahayakan, hingga keberadaan batu tersebut menjadi asal usul nama Dusun Balungrejo ini. Balong artinya batu dan Rejo ialah keramaian, artinya setelah Mbah Saikem meninggalkan batu itu datanglah keramaian penduduk,” katanya.
Makam Mbah Saikem atau Mbah Ijo terletak tidak jauh dari permukiman warga Dusun Balongrejo, Desa Badas, Kecamatan Sumobito, Kabupaten Jombang. Tempatnya juga cukup sejuk berada di bawah pepohonan dan juga bisa dilalui dengan memakai kendaraan bermotor. Makam ini sering diziarahi warga guna menghormati sang pembabat alas.