JOMBANG, KabarJombang.com – Harga gabah panen raya musim hujan pertama di Kabupaten Jombang dikeluhkan petani. Sebab tidak sesuai dengan HPP (harga pokok penjualan).
Para petani di Jombang pun kini, lebih membutuhkan mesin pengering padi guna menunjang harga gabah.
Menurut Solikin (39) petani asal Dusun Mojoranu, Desa tanggalrejo, Mojoagung mengatakan para penebas padi membeli gabah milik petani dengan harga murah beralibi gabah dalam kondisi basah karena musim penghujan.
“Satu minggu yang lalu harga gabah masih RP 3.800, kemarin saya jual Rp 3.600 karena tidak ada panas. Dan ini mulai tadi malam turun lagi, ditebas per seratus bata Rp 2,5 juta seharusnya normalnya paling minim Rp 2,8 juta,” katanya, Kemarin (30/3/2021).
Solikin yang merupakan Sekertaris poktan itu menegaskan jika para petani saat ini bisa melakukan tunda jual untuk mendapatkan harga terbaik. Akan tetapi kendala saat ini tidak ada petani yang memiliki mesin pengering gabah yang kemudian untuk disimpan dan tunda jual.
“Harga turun setiap tahun itu selalu. Tapi misalnya memiliki pengering bisa ditunda jual, menunggu satu bulan harga naik lagi. Disini petani belum ada yang punya, paling yang ada itu selep besar dengan mesin pengering yang besar itu,” tambahnya.
Para petani dikatakannya berharap agar harga padi di Kabupaten Jombang dapat terealisasi sesuai HPP sekaligus pengajuan mesin pengering padi bagi para petani dapat terwujud.
Sebab jika ditunda jual gabah dalam kondisi basah akan beresiko menjamur, sehingga mau tak mau petani menjual dengan harga yang murah.
Selain itu hal yang sama dirasakan Nadib (46) petani asal Pulodadi, Desa Ngogri, Kecamatan Megaluh juga mengatakan harga gabah musim panen ini turun dari sebelumnya.
“Harga ketika panen Rp 3.900 sampai Rp 4.000 kering di sawah. Paling tidak harga ini harus standar lah, sebab pembabat saat ini juga mahal. Setidaknya petani bisa merasakan sedikit keuntungan walaupun sedikit,” pungkasnya.