JOMBANG, KabarJombang.com – Bukti adanya Stasiun Jombang Kota atau yang dikenal (JGK) dapat dijumpai di Jalan Seroja, Kecamatan/Kabupaten Jombang. Atau tepatnya di kawasan Pasar Legi atau Pasar Citra Niaga, Jombang.
Tertulis dalam bangunan stasiun itu “JOMBANG KOTA +37” artinya bangunan tersebut berdiri di ketinggian 37 KM diatas permukaan laut serta dalam wilayah aset PT KAI Daop VII Madiun.
Saat ini nampak telah berubah, stasiun tersebut beralih fungsi sebagai kios pedagang. Namun terlihat bangunan tersebut cukup panjang dan nampak kokoh. Tembok bangunan serta genting terlihat masih asli dan kuat.
Dikutip dari Wikipedia, sejarah JGK bermula dari jalur Babat – Djombang Stroomtram Maatschappij (BDSM). Jalur kereta api ini dibangun seizin Pemerintah Kolonial Belanda sejak 14 Mei 1896.
Pada tahun 1980 akhirnya stasiun ini ditutup total, sebab infrastruktur yang sangat tua dan jalurnya melintang di jalanan kota yang semakin padat penduduk.
Adapun jalur yang ada di JGK antara lain : SS = Staatsspoorwegen (1875), OJSM = Oost Java Stoomtram Maatschappij (1889), KSM = Kediri Stoomtram Maatschappij (1895), BDSM = Babat–Djombang Stoomtram Maatschappij (1896) dan SSt = Staatstramwegen (1933).
Budayawan Jombang, Dian Sukarno mengatakan, keberadaan stasiun JGK penting, karena menghubungkan transportasi yang menguntungkan dari berbagai penjuru.
Antara lain Jombang- Babat, Jombang – Kandangan, dan Jombang Pare. Terkait isu stasiun JGK sering sebagai jujugan Presiden Soekarno, Dian Sukarno belum mengetahui secara pasti hal itu.
“Kalau jujugan saya belum mengetahui hal itu, tapi ketika menjemput penasihat spiritualnya di jalan sencaki yang sekarang menjadi jalan Juanda saya pernah dengar hal itu,” katanya.
Dikatakan penjemputan penasihat spiritualnya itu dilakukan secara langsung Presiden Soekarno dari istana kepresidenan Jogjakarta melalui stasiun Kediri melewati jalur kereta yang ada saat ini ada di jalan Wahid Hasyim.
“Dulu pakai kereta modern bukan kereta uap lagi, tapi setahu saya tidak tepat di stasiun JGK menjemputnya. Tapi di Jalan Sencaki yang saat ini menjadi jalan Juanda,” tambahnya.
Menurut Dian, stasiun yang mempertemukan lima jawatan kereta api Belanda di Jombang tidak beroperasi mulai 1974, karena diutamakan pada Stasiun Jombang yang kita ketahui saat ini.
“Tidak beroperasi lagi itu, picu karena jalur tidak difungsikan. Seperti Jombang Babat menyisakan pondasi besar ditengah kali Brantas, berupa jembatan kereta api,” pungkasnya.