JOMBANG, KabarJombang.com – Masyarakat Jombang tentu tak asing dengan legenda Kebokicak. Tokoh yang sakti mandraguna ini diyakini sebagai cikal bakal berdirinya sejumlah daerah atau dusun di Kabupaten Jombang.
Kebokicak bernama asli Joko Tulus. Tokoh melegenda di tanah Kota Santri ini lahir dan dibesarkan di Dusun Karang Kejambon, Desa Dapurkejambon, Kecamatan/ Kabupaten Jombang. Kisah ini disampaikan Mbah Dolan, seorang warga setempat yang mengetahui kisah Kebokicak.
“Di sinilah tempat lahirnya Joko Tulus dan kemudian dikenal dengan nama Kebokicak,” kata Mbah Dolan kepada tim ‘Jombang Bukan Misteri’ KabarJombang.com, saat di area makam kakek, nenek, serta ibu Joko Tulus.
Ketiga makam tersebut berlokasi di tengah tempat pemakaman umum (TPU) Dusun Karang Kejambon. Sebelum masuk area 3 makam ini, pengunjung harus melewati gapura pintu masuk. Nah, beberapa meter dari gapura, terdapat 3 makam yakni Mbah Pranggang, Mbah Poedot (kakek dan nenek Joko Tulus) serta Ibu Kinasih.
Untuk petilasan yang dianggap adalah makam kebokicak, Mbah Dolan menampik hal tersebut. “Makam Kebokicak tidak ada di sini. Dan sampai sekarang masih belum jelas di mana. Makam di sini ya hanya ada Mbah Pranggang, Mbah Poedot, dan Ibu Kinarsih,” papar Mbah Dolan.
Kebokicak adalah putra salah satu Senopati dari Kerajaan Majapahit yang menikah dengan Ibu Kinarsih. Beredar kisah lain, jika Kebokicak tidak diakui oleh Senopati tersebut, Mbah Dolan tidak memahaminya.
“Kalau Kebokicak memang masih keturunan dari Majapahit. Putera dari salah satu Senopati Majapahit masa itu. Tentang yang Kebokicak tidak diakui anak, saya kurang paham,” ungkapnya.
Diceritakan Mbah Dolan, sebenarnya Kebokicak adalah manusia biasa bernama Joko Tulus. Karena sifatnya urakan atau bandel, sehingga Mbah Pranggang memberi sabda kepada Joko Tulus. Menurut beberapa sumber, dari sabda sang kakek, kaki Joko Tulus menjadi sedikit pincang dan muncul tanduk menyerupai Kebo (kerbau).
“Dan akhirnya ia disebut Kebokicak. Karena dari sabdo Mbah-nya, muncul tanduk di kepala Joko Tulus. Kebokicak kemudian dikenal hingga sekarang,” ceritanya.
Setelah itu, Kebokicak pergi berguru di salah satu padepokan di Dusun Sumoyono, Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang. Di padepokan itulah, Kebokicak bertemu dengan Surontanu.
Awalnya, keduanya ini merupakan teman karena sepeguruan. Namun karena saat itu terjadi ‘Pagebluk’, sehingga terjadilah pertengkaran antara keduanya. Dan pertengkaran dua orang sakti ini melekat menjadi sebuah legenda Jombang.
“Kebokicak dan Surontanu itu dulunya teman seperguruan itu. Tapi karena ada pagebluk, dan agar Kebokicak terbebas dari kutukan atau sabdo sang kakek, keduanya pun bertarung. Karena pagebluk itu akan selesai, jika Kebokicak berhasil membunuh kebo (kerbau) yang ternyata menjelma sebagai Surontanu. Makanya terjadi pertengkaran itu. Keduanya bertarung di tempat berpindah-pindah,” terang Mbah Dolan.
Dari beberapa titik lokasi pertengkaran dua orang sakti inilah, kemudian menjadi asal-usul sejumlah daerah atau dusun di Kabupaten Jombang. Menurut Mbah Dolan, kejar-kejaran dan pertarungan Kebokicak dengan Surontanu ini, memutar dimulai dari Jombang bagian selatan.
“Memang tidak salah juga kalau banyak daerah atau desa-desa di Jombang mengaku asal-usulnya dimulai dari Kebokicak. Ya karena dalam pertarungan mereka memang kejar-kejaran melewati daerah tersebut,” katanya.
“Kalau dari cerita yang saya paham itu, pertarngunannya mulai arah selatan, Banyuarang, Ngoro sampai berlanjut ke utara yaitu Mojongapit, Parimono, Mojosongo, Jambu, dan sejumlah daerah lain. Ringin Contong itu juga ada kaitannya dengan lokasi pertarungan Kebokicak dengan Surontanu,” Mbah Dolan memungkasi.