JOMBANG, (kabarjombang.com) – Dipandang sulit memberi kesadaran masyarakat pengguna jalan, membuat Satuan Lalulintas (Satlantas) Polres Jombang harus memutar otak lebih. Seperti yang terlihat di perempatan jalan Wahid Hasyim, Kamis (3/3/2016), salah satu anggota polisi Lalulintas Polres Jombang menggelar pertunjukan wayang kulit Lalulintas (Wakultas) di tengah jalan.
Pertunjukan ini menyuguhkan cerita tentang pentingnya berlalulintas. Menariknya lagi, dalam pertunjukan tersebut, tergambar tokoh wayang Kasatlantas Polres Jombang AKP Mellisa Amalia.
Dalam cerita yang disajikan, ada tokoh wayang Petruk yang mengendarai sepeda motor tanpa menggunakan helm. Lebih lanjut, dalam pagelaran wayang jalanan tersebut AKP Mellisa berdialog dengan Petruk. Dalam dialognya, terselip cerita Mellisa meminta agar Petruk saat berkendara menggunakan helm standart. Namun, Petruk enggan mendengarkan apa yang disampaikan Melisa.
“Meski tak pakai helm, saya tidak takut jatuh dan luka hingga gegar otak saat berkendara. Karena saya memang tidak punya otak,” celetuk Petruk yang membantah apa yang disampaikan Mellisa.
Meski harus mondar-mandir di pinggir dan tengah jalan, Ki dalang Aiptu Sartono tetap memainkan wayang dengan baik. Apalagi, candaan khas dirinya, membuat perhatian khusus dari para pengguna kendaraan bermotor. Sampai-sampai para pengguna jalan yang berhenti di simpang empat Taman Kebonrojo seakan terhipnotis. Bahkan, tidak jarang ada pengguna jalan yang tidak menyadari jika lampu trafight light menyala hijau dan waktunya kendaraan melaju.
Seperti yang diungkapkan Dedi (34), salah satu pengguna motor yang melewati dan sempat menyaksikan aksi unik salah satu anggota lantas tersebut. “Saya kira ini hal bagus untuk menarik perhatian para pengguna kendaraan untuk menyaksikan. Kan disitu juga ada nilai edukasinya serta nilai budaya Jawa,” ujarnya saat diwawancarai sambil melihat aksi Sartono.
Dikonfirmasi di tempat, Kepala Urusan Pembinaan dan Operasional (KBO) Satlantas, Iptu Suparno mengatakan, pihaknya sengaja menampilkan Wakultas untuk menyosialisasikan operasi simpatik yang digelar mulai 1 hingga 21 Maret 2016. Melalui media kesenian Jawa, lanjut Suparno, pesan yang disampaikan ke masyarakat tentang tertib berlalu-lintas lebih mudah dimengerti dan disadari masyarakat.
Operasi simpatik di Jombang, lanjut Suparno, lebih difokuskan untuk Kawasan Tertib Lalulintas atau KTL, yakni di Jalan KH Abdurrahman Wahid, Jalan Ahmad Yani, serta Jalan KH Wahid Hasyim. Selama dua hari operasi, sudah banyak pengendara yang terjaring razia. Pelanggaran yang dilakukan juga bervariasi, mulai tidak mengenakan helm hingga tidak membawa surat kelengkapan kendaraan.
“Termasuk becak motor (Bentor) juga menjadi sasaran operasi ini. Sampai saat ini, ada 20 betor yang kita amankan di Satlantas. Bagi yang melanggar langsung kita tindak tegas di tempat,” tegas Suparno. (ari)