KUDU, KabarJombang.com – Meskipun dalam kondisi Pandemi Covid 19 dan hama tikus. Petani kangkung di Desa Sumberteguh Kecamatan Kudu, Kabupaten Jombang justru mampu meraup keuntungan Rp 25 juta sekali panen. Sebagaimana diungkapkan <span;>Dian Hasan Hariri (24), salah satu petani kangkung kering yang menyebut keuntungan panen tahun ini jauh lebih banyak dari tahun sebelumnya.
“Mungkin karena banyak petani padi yang beralih ke petani kangkung karena maraknya hama tikus. Sementara untuk efek dari pandemi covid 19 ini tidak terlaku signifikan, panen kali ini cukup berhasil, tahun lalu hasilnya malah dibawah Rp 25 juta,” ungkapnya pada KabarJombang.com, Senin (14/9/2020) sore.
Panen kangkung dilakukan 2-3 minggu sekali dan setiap kali habis panen, biasanya akan terbentuk cabang-cabang baru. Setelah 5 kali panen atau 10-11 kali panen maka produksi kangkung akan menurun baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Total keuntungan yang didapatkan saat panen mencapai Rp 25 juta perhektar. Perhektar sawah sendiri mampu menghasilkan 2 ton benih kangkung.
Efek dari pandemi sendiri hanya pada penurunan harga namun tidak terlalu signifikan. Benih yang didapat secara gratis dari pengepul pun menambah keuntungan menanam kangkung ketimbang padi. “Kami dikasih bibit oleh pengepul secara gratis, tinggal menanam di tanah sendiri, terus tingga merawat saja, kalau beli dibeli harganya Rp 80 ribu per kilonya, tiap 1 hektar sawah membutuhkan 5 kilo bibit benih,” bebernya.
Untuk penanaman memakan waktu sekitar empat bulan sampai panen. Hal itu dilakukan diantaranya mulai dari pemupukan, perangsangan bunga hingga pembasmian hama ulat dan tikus. Sementara untuk penjualan hasil panen, dikatakannya sudah ada pengepul tetap memenuhi permintaan pabrik benih di sejumlah kota. “Jualnya keluar kota, di area Jawa Timur,” pungkasnya.
