JOMBANG, KabarJombang.com – Desakan agar pembelajaran tatap muka di sekolah segera dilaksanakan hingga puluhan emak-emak berujukrasa di halaman kantor Disdikbud Kabupaten Jombang, pada Jumat (28/8/2020) pagi kemarin, memantik Ikatan Dokter Indonesia (IDI) angkat bicara.
Ketua Umum Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 IDI Jombang, dr M Sjarifuddin menegaskan, pembelajaran tatap muka tetap menunggu Jombang berstatus zona kuning. Selain itu, masuknya pun bergilir dari jenjang paling atas ke paling bawah, dengan jangka waktu per dua minggu.
Penentuan digilirnya murid masuk sekolah tersebut, berdasarkan rekomendasi dari IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia). Karena anak-anak usia dini masih rentan dan sangat berisiko terpapar penyakit khususnya Covid-19.
Selain itu, lanjut dr Sjarifuddin, untuk mengatasi kendala pembelajaran jarak jauh (PJJ) tersebut, IDI merekomendasi kepada pemerintah, baik dari pemerintah pusat hingga tingkat RT/RW agar menyediakan akses internet gratis kepada peserta didik.
“Jadi sikap IDI tetap sesuai dengan rekomendasi yang dikeluarkan, bahwa untuk pembejaran tatap muka di Kabupaten Jombang, menunggu zona kuning,” ungkap dr Sjarifuddin yang juga merupakan dokter spesialis mata ini, Sabtu (29/8/2020).
Jika sekolah kembali dibuka, murid dan guru dari daerah lain akan bercampur jadi satu di lingkungan sekolah, dan tidak diketahui riwayat dari mana saja murid/guru tersebut.
Dia juga sempat menyinggung terkait dibukanya Wisata Tangguh sebagai salah satu wadah bagi masyarakat agar tetap bisa refreshing. Hal ini dimaksudkan, agar imunitas tetap terjaga dengan baik. Sedangkan anak juga tetap dalam pengawasan orangtua saat berwisata.
Dia menilai, sekolah dengan wisata tangguh berbeda. Karena di sekolah hanya satu guru di kelas yang mengawasi beberapa murid.
“Saat di sekolah, anak akan bermain dengan teman-temannya dan tidak bisa diketahui pernah kontak dengan pasien Covid-19 atau tidak. Dan ingat, 80 persen penderita Covid-19 tidak bergejala,” ujarnya.
Dikatakanya, dengan kondisi ini, maka tanggungjawab pendidikan seorang anak tetap dikembalikan kepada orangtua. “Kita hanya perlu bersabar, grafik Covid-19 di Kabupaten Jombang sudah menurun. Karena kalau terburu-buru dibuka dikhawatirkan akan semakin banyak yang terpapar,” katanya.
Menurutnya, meski orangtua mendukung dibukanya sekolah dibuka serta disertai “hitam di atas putih”, bukan hanya orangtua saja yang menanggung resikonya. Namun, dari pihak IDI, tenaga-tenaga kesehatan RS, juga ikut menanggung apabila nanti terjadi lonjakan kasus.
dr Sjafruddin berharap, agar semua masyarakat khususnya orangtua di Jombang saling mengerti dan memahami kondisi saat ini. Bahwa KBM tatap muka belum aman diterapkan di Kabupaten Jombang.
Jadi, lanjut dia, harus sama-sama menerapkan protokol kesehatan dan pencegahan, terutama anak usia dini yang rentan berisiko tinggi terpapar Covid-19. Dan pemerintah juga sudah memperhitungkan manfaat dan mudlarat dibukanya sekolah.
“Kalaupun sekarang belum boleh dibuka, diharapkan orangtua bersabar. Sebagai orangtua mari sama-sama mengatur waktu dan kualitas anak untuk pendidikan dengan cara apapun,” tegasnya.
Dr Sjafruddin menambahkan, akan ada bantuan paket kuota dari pemerintah pusat. Untuk siswa sebesar 30 GB, guru sebesar 42 GB, dan dosen sebesar 50 GB. Namun untuk teknisnya akan diinformasikan dalam waktu dekat ini.