JOMBANG, KabarJombang.com – Sebuah desa bernama Mojotrisno, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang, memiliki sejarah asal-usul hingga desa ini dinamakan Mojotrisno. Menurut Nasrul Ilah, tokoh budaya Kota Santri, Mojotrisno merupakan penyatuan kata Mojo dan Trisno.
“Mojo itu merupakan nama sebuah pohon besar yang buahnya tak sedap, dan Trisno adalah bahasa Jawa yang berarti cinta, sayang,” kata adik kandung Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun ini, saat ditemui KabarJombang.com di kediamannya, Rabu (26/8/2020).
Menurutn Cak Nas -begitu sapaan akrab Nasrul Ilah, konon masa Kerajaan Majapahit, ada perempuan Mbok Rondo Ayu, seorang pengasuh puteri Raja Majapahit. Dia bertugas menyisir, merias, dan menjaga anak-anak raja. Karena itu, puteri Raja kerapkali ke rumahnya yang berada di dekat perbatasan kota raja Majapahit.
Suatu hari, ada pemuda dari Kerajaan Pajajaran datang ke daerah tersebut. Dia berniat mencari informasi lebih dalam mengenai Majapahit yang merupakan kerajaan besar. Singkat cerita, pemuda tersebut menginap di kediaman Mbok Rondo Ayu tadi.
Selang beberapa waktu, pemuda ini pun bertemu putri Raja nan jelita di rumah Mbok Rondo Ayu. Putera puteri Raja ini pun kerap bertemu di bawah pohon Mojo, hingga keduanya saling memiliki perasaan cinta.
“Konon, cerita pacaran mereka berdua di bawah pohon mojo itulah nama tempatnya diabadikan menjadi Mojotrisno. Dan kemudian, menjadi nama desa Mojotrisno ini,” cerita Cak Nas.
Nah, begitu juga dengan kisah nama Sungai (Kali) Gunting. Sebuah sungai yang membentang di desa Mojotrisno. Sungai yang mempertemukan 3 aliran air, mirip dengan bentuk gunting. Konon, kata Cak Nas, pemuda yang akhirnya diketahui adalah putera Raja Pajajaran ini hendak mempersunting puteri Raja Majapahit yang menjadi kekasihnya itu.
Namun, persyaratan yang diajukan sang puteri yakni rambut gondrong pemuda tersebut dipotong. “Maksudnya, agar penampilan putera Raja Pajajaran itu lebih rapi. Tapi, orang dulu itu kan nggak ada yang nggak sakti mandraguna. Rambut sang putera raja itu pun susah dipotong,” lanjut Cak Nas bercerita.
Ternyata, kata Cak Nas, gunting Mbok Rono Ayu ini merupakan senjata pamungkas yang dimilikinya. Hingga, Mbok Rondo Ayu lah yang akhirnya bisa memangkas rambut putera Raja Pajajaran tersebut. Dan sang puter Raja Pajajaran, makin tampan.
Begitu selesai rambut dipangkas, mendadak terjadi hujan petir yang tidak berhenti selama berhari-hari. Akibatnya, muncul lubang besar seperti sungai yang mengalir dari atas. “Aliran airnya ya sampai saat ini terjadi, seperti gunting. Karena itu, sungai tersebut dikenal dengan sebutan kali gunting,” tutur Cak Nas.
Namun, Cak Nas menegaskan, terjadinya sungai yang bertemu membentuk seperti gunting itu bukan karena ilmu. Tapi murni disebabkan hujan deras.
“Mungkin Allah SWT melalui alam, sedang memberikan tanda akan jodoh antara putera Raja Pajajaran dan puteri Raja Majapahit,” tandasnya