NGORO, KabarJombang.com – Selain pembayaran beberapa periode di musim giling 2020 tersendat, sejumlah petani tebu juga mengeluhkan rendemen (kadar gula pada tebu) yang terus mengalami penurunan. Bahkan, lebih bagus rendemen musim giling tahun lalu.
“Tahun ini rendemennya turun. Kalau dibandingkan tahun lalu masih bagus tahun lalu,” kata Kusnan (66), petani tebu asal Desa Kesamben, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Rabu (12/8/2020).
Dikatakannya, meski harga gula di tingkat petani bagus pada musim giling tahun ini, namun jika rendemen turun, hal ini juga membuat petani resah. Ditambah lagi, lanjutnya, pembayaran tebu periode 4 sampai 6 masa giling tahun ini, belum cair.
Kusnan menyebut, rendemen tebu pada periode pertama sebesar 6,99. Untuk periode kedua naik ke 7,25. Sedangkan rendemen periode ketiga turun menjadi 7,15.
Senada yang dikatakan Dyah (40) petani tebu asal Desa Kertorejo Kecamatan Ngoro. Menurutnya, rendemen tebu milik petani di sejumlah tempat di wilayah kerja (Wilker) PG Tjoekir, kini rata-rata di bawah 8.
“Biasanya pada bulan-bulan seperti ini, harusnya rendemen tebu bagus, di kisaran 8. Tapi kok punya saya ini di bawah 7 terus,” ungkapnya pada KabarJombang.com, Rabu (12/8/2020).
Menurutnya, rendemen pada tebu sangat mempengaruhi. Jika rendemennya bagus, maka gula yang dihasilkan akan banyak. Otomatis, jerih payah petani menanam tebu berbuah untung banyak.
“Begini, misalkan tebu saat masuk di PG, rendemennya 7, maka gula yang akan dihasilkan dari 1 kwintal tebu adalah 7 kilogram. Begitu juga kalau 7,25, berarti 1 kwintal tebu akan menghasilkan 7,25 kilogram gula. Dan seterusnya,” rincinya.
Dikatakannya, jika rendemen diatas 8, sistem pembagian hasil juga berbeda, pihak penggiling mendapat 30 persen sedangkan petani mendapatkan 70 persen.
Baca Sebelumnya: Harga Gula di Tingkat Petani Naik, Pembayaran Beberapa Periode Giling Tersendat