JOMBANG, KabarJombang.com – Masa pandemi Covid 19 dan ketentuan jaga jarak yang menyertainya membuat aktifitas tak sebebas sebelumnya.
Namun keterbatasan itu tidak berlaku bagi Aang Fatihul Islam, Dosen di STKIP PGRI Jombang. Pembatasan di masa pandemi justru memompa produktifitasnya untuk menulis. Terhitung sejak masa darurat pandemi di Kabupaten Jombang ditetapkan pada Maret lalu, dia sudah menulis lima buku.
Laki-laki asli Jombang yang lahir pada 21 September 1985 itu menyebut lima buku tersebut ada beragam kategori.
“Satu buku puisi berupa antologi bersama penulis dari tiga negara, dua buku penelitian saat ini proses terbit dan dua buku ditulis solo (sendiri),” jelas Aang, pada KabarJombang.com, Sabtu (4/7/2020).
Buku pertama berupa antologi puisi berjudul ‘Perempuan-Perempuan Kencana; Serpihan Puisi tentang Perempuan Istimewa’. Buku kedua yaitu ‘Dzikir Corona; Syair Renungan Pandemi Corona’ diterbitkan Erhaka Utama Publishing.
“Buku kedua ini praktis saya tulis dalam waktu 3 hari 3 malam,” katanya.
Kata dia, buku selanjutnya adalah ‘Sengketa Semesta’ juga diterbitkan Erhaka Utama Publishin. Buku itu dia tulis dalam waktu kurang lebih tiga bulan.
Sementara buku keempat ‘Menyimak Kritis dengan Bahan Ajar e-pub Responsif Budaya Lokal’ masih sedang proses dan akan diterbitkan oleh Gambang.
“Untuk Buku keempat ini saya tulis bertiga, karena luaran dalam penelitian, saya tulis mulai sebelum corona hingga memasuki corona,” ujarnya.
Kemudian Buku kelimanya yaitu ‘ Menulis Narasi Kreatif dengan Bahan Ajar e-pub Responsif Budaya Lokal’.
“Buku ini juga sedang proses penerbitan oleh Gambang. Isinya tentang teknik menulis narasi kreatif yang mengacu pada budaya lokal,” jelas dia.
Dosen tetap Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris ini menjelaskan, menulis merupakan passion dalam hidupnya. Total pria yang menulis sejak muda ini, sudah menerbitkan 15 buku.
“Menulis itu seperti ilham, inspirasi tiba-tiba muncul seperti kekuatan gaib yang merasuki ke jari-jari saya dan mengerakkannya untuk segera menuliskan,” jelasnya.
Selain itu menurutnya menulis adalah terapi dan refreshing. Dengan menulis semua menjadi tercurahkan, ia pun mengibaratkan orang sedang meluapkan semua ide yang lama tersimpan.
Ia pun tak sungkan untuk berbagi kiat agar bisa menulis dengan produktif. Menurutnya, saat menuliskan ide adalah dengan menggunakan otak kanan terelebih dahulu.
“Otak kanan sifatnya bebas, tidak mau terikat, liar, dan melompat-lompa. Dari hal ini akan membuat secara bebas menuliskan semua ide itu terlebih dulu. Setelah ide tertuang, baru kemudian membenahinya dengan kerja otak kiri yang berkaitan dengan diksi, kalimat dan sebagainya,”
Aang pun menyarankan agar menikmati waktu di rumah dengan kegiatan yang bermanfaat seperti menulis. “Jadi di masa pandemi ini salah satu kegiatan yang juga menjadi terapi adalah menulis,” pungkasnya.